REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Ketua DPR Papua terpilih Yunus Wonda menyatakan kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk penembakan oleh kelompok tertentu di Ilaga, Kabupaten Puncak, terhadap aparat keamanan yang membantu persiapan perayaan Natal, Kamis (3/12), tidak akan menyelesaikan masalah.
"Ini sangat disayangkan dan kami mengutuk aksi itu. Kini sudah bukan waktunya melakukan kekerasan seperti itu," kata Yunus Wonda di Kota Jayapura, Kamis (4/12).
Menurutnya, pertumpahan darah tak akan menyelesaikan masalah Papua, tetapi justru akan berimbas pada masyarakat yang ada di Ilaga dan sekitarnya. "Kini rakyat pasti akan ketakutan, dan akan cari tempat berlindung. Itu yang harus diperhitungkan," katanya.
Kekerasan, lanjut Yunus, sudah tidak layak lagi dilakukan di Papua, apapun alasannya, karena hal itu hanya akan menimbulkan hal serupa. Tetapi dengan bersatu membangun kampung/desa dan daerah masing-masing, merupakan tindakan yang tepat untuk masa depan semua pihak.
Untuk itu, Yunus, yang merupakan kader partai berlambang bintang mercy itu mengimbau kepada pihak-pihak yang berseberangan agar tidak bertindak berlebihan yang pada akhirnya bisa merugikan masyarakat luas, yang pada umumnya saudara sendiri.
"Saudara kami yang berseberangan, kini bukan saatnya lagi melakukan tindak kekerasan. Kekerasan tak akan membuat Papua merdeka. Sudah bukan waktunya lagi. Orang justru tak akan simpati," imbaunya.
Yunus juga menyampaikan para pelaku penembakan dipastikan akan lari ke hutan dan tentunya akan dikejar oleh aparat keamanan, sehingga bisa membuat warga sekitar ketakutan.
"Bisa saja aparat melakukan penyisiran dan masyarakat akan ketakutan. Ini membuat rakyat takut padahal mereka masih trauma usai perang kelompok di sana beberapa waktu lalu," katanya.
Pada Kamis sekitar pukul 10.00 WIT, dua anggota Brimob ditembak mati oleh kelompok separatis bersenjata di depan kantor Bupati Puncak saat sedang membantu mengangkat kursi untuk perayaan Natal daerah.
Kelompok yang menembak mati dua aparat itu diketahui pimpinan Lekhaka Telenggen dan Tengahmati Telenggen. Mereka juga membawa lari dua senjata api laras panjang, AK 47, milik kedua korban.