REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Pesantren Al Hikam Depok, KH Hasyim Muzadi menyoroti bahwa kasus terorisme di Indonesia munculnya belum lama ini. "Terorisme itu marak pada waktu Reformasi ini, sebelum Reformasi tak ada teror-teror," kata Hasyim di Jakarta, Rabu (3/12).
Menurut dia, melihat gejala terorisme di Indonesia, berarti ada yang perlu diperbaiki dengan sistem keamanan di dalam negeri. Menurut dia, terorisme hanya marak terjadi di Indonesia. Adapun, Malaysia dan Singapura, yang notabene negara tetangga malah jauh lebih aman.
Itu lantaran kedua negara itu menerapkan Internal Security Act. Artinya, aturan tersebut mengatur aparat yang diberi kewenangan bisa langsung menciduk orang atau kelompok yang dideteksi akan melakukan tindakan teror di masyarakat. Sayangnya, aturan itu tidak bisa diterapkan di Indonesia begitu saja. "Ini menyangkut masalah HAM," kata mantan ketua umum PBNU itu.
Dia menjelaskan, kasus terorisme di Indonesia marak terjadi juga disebabkan kebijakan negara Amerika Serikat dan sekutunya yang menyerang beberapa negara di Asia. Imbasnya, hal itu memunculkan sentimen yang membuat orang Indonesia dengan mudah terjerumus ke dalam sentimen jihad melawan mereka.
Dampaknya, siswa pesantren tertentu akhirnya mempercayai ajakan jidah dan menjadi teroris. "Barat memberantas teror-teror, akhirnya masuk Indonesia. Sebelum Reformasi, tidak ada pesantren yang dimasuki teroris," kata Hasyim.
Karena itu, ia membantah bahwa ajaran di pesantren mengajarkan kekerasan. Menurut dia, tak ada pesantren yang melegalkan ajaran radikalisme. Kalau pun ada pelaku teror yang merupakan alumni pesantren, itu tidak bisa seketika dinilai bahwa pesantren melahirkan bibit terorisme.
"Pesantren pada umumnya punya kurikulum dan tata kehidupan yang jauh dari terorisme, bahwa ada beberapa pesantren kesusupan radiklisme itu ya," kata Hasyim.
Dia pun menepis anggapan bahwa terorisme itu diciptakan orang Indonesia sendiri. Menurut dia, ada negara lain yang berkepentingan agar kedamaian di Indonesia tak tercipta. caranya dengan mengadu domba menciptakan teror kepada sesama anak bangsa. Tak ada orang Indonesia yg menciptakan teror. Tapi, negara lain menginginkan umat ini tak damai."