Sabtu 29 Nov 2014 17:22 WIB

Ratusan Orang Jadi Korban Serangan di Masjid Nigeria

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Nigeria
Foto: Reuters
Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID, KANO -- Setidaknya 120 orang tewas dan 270 orang lainnya terluka dalam dua serangan bom bunuh diri di Masjid salah satu pemimpin Islam Nigeria, Jumat (28/11). Selain itu beberapa pria bersenjata juga menembaki jemaah yang sedang melakukan ibadah shalat Jumat.

Serangan terjadi di Masjid Agung di Kano, kota terbesar yang didominasi Muslim di bagian utara Nigeria. Masjid menyatu dengan istana Emir Kano, Muhammad Sanusi II, imam Muslim paling senior kedua di Nigeria. Minggu lalu, ia mendesak sipil untuk perang melawan Boko Haram.

Ledakan bom lain terjadi di sebuah Masjid di timur laut Maiduguri pada Jumat pagi. Juru bicara kepolisian nasional Emmanuel Ojukwu mengatakan pelaku meledakan dirinya setelah para pria bersenjata menembaki orang-orang yang mencoba melarikan diri dari Masjid.

Ia mengaku tidak tahu apakah sang pelaku bom bunuh diri adalah laki-laki atau wanita. Ia juga tidak mengetahui jelas berapa orang yang melakukan serangan tembakan. Namun, ia mengatakan warga yang marah akhirnya mengeroyok empat penembak hingga tewas.

Jurnalis AFP mengatakan setidaknya ada 92 jasad di Rumah Sakit Spesialis Murtala Mohammed. Sebagian besar mereka adalah remaja dan laki-laki dewasa dengan luka bakar. Menjelang malam, ribuan orang berada di lokasi kejadian untuk mengenali korban dengan lampu ponsel.

Pejabat senior pasukan penyelamat kemudian mengatakan setidaknya 120 orang ditemukan tewas dan 270 orang terluka. Petugas darurat membantu mengunjungi semua rumah sakit untuk identifikasi korban.

Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut. Washington mengatakan tindakan tersebut dilakukan Boko Haram. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki mengatakan tindakan itu dicurigai menjadi tanggung jawab Boko Haram.

"Hal ini dilakukan untuk terus membuat Nigeria tidak stabil," kata dia. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon juga mengutuk serangan tersebut. "Tidak ada pembenaran atas serangan pada orang sipil," kata dia, dikutip AFP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement