Kamis 27 Nov 2014 14:21 WIB

Jakarta Berpotensi Kekurangan Pasokan Air

Depot Air Minum Isi Ulang (ilustrasi)
Foto: Antara
Depot Air Minum Isi Ulang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan studi Urban Water Blueprint yang dirilis organisasi lingkungan dunia The Nature Conservancy (TNC) Jakarta menjadi satu dari lima kota di Asia Pasifik yang berpotensi kekurangan pasokan air.

Dalam hal risiko pasokan air, ia mengatakan terlihat bahwa lima dari 15 kota Asia Pasifik, yakni Shenzhen, Taipei, Singapura, Tokyo, dan Jakarta, berada dalam tekanan dan berpotensi mengalami kekurangan.

Dari segi kualitas, mayoritas kota-kota di Asia Pasifik menderita polusi sumber air yang tinggi, terutama akibat sedimentasi. Sedangkan semua air minum Jakarta, ia mengatakan diperoleh dari sistem air permukaan selain sedimentasi, dan pencemaran juga mendapatkan perhatian khusus.

Untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang pesat, menurut dia, pemerintah Jakarta dan pihak pengelola air harus mengambil langkah-langkah nyata untuk meningkatkan sistem penyaluran yang lebih hemat dengan menghilangkan kebocoran, mendorong teknik penampungan air hujan, dan mengganti infrastruktur lama.

"Mereka juga perlu mendorong upaya-upaya konservasi terutama di sekitar DAS. Karena dalam studi ini menunjukkan bahwa penanaman kembali sekitar 18.000 hektare di DAS bagian hulu yang memasok air minum untuk Jakarta dapat mengurangi kandungan zat hara dalam air hingga 10 persen," ujar dia.

Meskipun penelitian ini hanya mengambil Jakarta dan Samarinda sebagai sampel, ia mengatakan kota-kota lain di Indonesia juga menghadapi ancaman serupa seiring dengan pertumbuhan populasi yang memberikan lebih banyak tekanan terhadap pasokan air.

Studi Urban Water Blueprint yang dilakukan TNC tidak hanya mengidentifikasi risiko pasokan air yang dihadapi kota-kota besar di seluruh dunia, tetapi juga menganalisa potensi lima strategi konservasi yang telah terbukti dan dapat diterapkan secara luas baik di alam dan lahan (pertanian) produktif.

Masing-masing strategi, menurut Arisetiarso, dievaluasi efektivitasnya dalam mengurangi sedimentasi dan polusi zat hara di 2000 DAS yang dianalisa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement