REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi belum berdampak pada sektor industri tekstil di Jawa Tengah, ujar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono.
"Sampai saat ini belum berdampak sama sekali terhadap ongkos produksi tekstil, kalaupun ada mungkin beberapa waktu yang akan datang bersamaan dengan kenaikan tarif transportasi," ujarnya di Semarang, Rabu (26/11).
Menurutnya, untuk saat ini tarif transportasi belum ada kenaikan. Jika sudah naik kemungkinan harga bahan baku juga akan mengikuti. Mengenai rencana penyesuaian harga produk sebagai dampak dari kenaikan harga BBM subsidi tersebut pihaknya mengaku masih menunggu seberapa besar dampak kenaikan harga BBM terhadap bahan baku.
"Melakukan penyesuaian harga produk bukan hal yang mudah dilakukan karena berpotensi mengurangi daya saing produk lokal di pasar internasional," katanya.
Menurutnya, jika pengusaha di Indonesia menaikkan harga produk ekspor sementara harga produk dari negara lain stagnan dan justru lebih rendah dari produk Indonesia maka bisa berdampak pada penurunan kuantitas ekspor.
Oleh karena itu, pihaknya masih menunggu dan melihat bagaimana ke depan kenaikan harga BBM subsidi ini akan berpengaruh terhadap ongkos produksi.
Justru, pihaknya mengkhawatirkan kondisi para karyawan yang tentu sangat merasakan dampak dari kenaikan harga BBM subsidi tersebut. Jika biaya transportasi mereka terlalu tinggi maka beban hidup yang ditanggung para karyawan juga semakin berat.
"Harapan kami penetapan UMK dari Pemerintah Provinsi bisa sesuai dengan kondisi saat ini, kami dari manajemen perusahaan berharap agar tidak ada satu pihakpun yang dirugikan dari kenaikan harga BBM subsidi maupun kenaikan UMK," katanya.