REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Warga di Dukuh Candi, Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, kembali digemparkan oleh penemuan sejumlah bebatuan. Ada dugaan bebatuan yang terpendam tersebut merupakan peninggalan situs candi jaman Kerajaan Majapahit.
Penemuan bebatuan itu merupakan ke sekian kalinya. Ini setelah sebelumnya warga sekitar juga menemukan bebatuan serupa lain dan arca.
Sejak tiga tahun terakhir, warga di Dukuh Candi, Desa Bonagung, memang kerap menemukan berbagai jenis bebatuan. Ini ditengarai merupakan peninggalan nenek moyang warga sekitar. Berapa jenis bebatuan yang ditemukan itu di antaranya, jenis batu kendang, batu bata berukuran 40 x 30 cm. Tidak hanya itu, warga sekitar juga sempat menemukan arca di sekitar lokasi penemuan.
Namun, karena tidak ada penuturan sejarah yang pasti, dan tidak adanya perhatian dari pemerintah setempat, sejumlah batu hasil temuan itu akhirnya tidak terawat dan dibiarkan terbengkalai.
"Bebatuan itu memang ditemukan di sekitar lahan kosong yang selama ini dimanfaatkan warga sekitar untuk bertanam. Rata-rata bebatuan itu ditemukan pada musim penghujan, saat warga hendak mulai bercocok tanam," ujar Suwarno, Kepala Desa Bonagung, Rabu (25/11).
Menurut Suwarno, dari penuturan sesepuh dukuh, di perkampungan Dukuh Candi, Desa Bonromo, itu dulu memang terdapat petilasan candi Hindu. Namun, seiring perkembangan jaman situs tersebut terkubur dalam timbunan tanah. Sesekali bebatuan dan jejak situs tersebut muncul ke permukaan akibat gerusan air hujan.
Menindaklanjuti temuan itu, pihak desa berkoordinasi dengan pihak kecamatan, dan jajaran dinas terkait, untuk melakukan pelacakan sejarah atas temuan tersebut. Sebab, masyarakat setempat berkeyakinan, julukan 'Candi' yang kini dijadikan sebagai nama dukuh tersebut, memiliki kaitan erat dengan sejarah masa lalu.
"Akan kita lacak sejarah itu. Masyarakat juga sudah kita himbau, agar bebatuan dan jejak peninggalan situs yang ditemukan tetap dirawat," kata Suwarno.
Seperti diketahui, hampir dua pekan, warga Dukuh Candi RT 10, Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen kembali menemukan struktur bangunan yang diduga candi peninggalan jaman Hindu-Budha. Sama seperti temuan sebelumnya, dilokasi setelah digali ditemukan struktur berupa tumpukan batu bata merah yang terkubur dalam tanah.
Namun penggalian kali ini, tidak hanya dilakukan warga. Tapi, juga arkeolog dari Museum Sangiran, Sragen.
Menurut Ketua RT 10 Dukuh Candi, Kardiman, sekitar dua pekan lalu, tanah milik warga juga ditemukan struktur bangunan yang diperkirakan berupa candi. Diperkirakan bangunan itu berbentuk memanjang dan melingkari dukuh mereka.
Kardiman mengungkapkan, dari cerita nenek moyang, kawasan Dukuh Candi merupakan kompleks candi sebelum jaman Majapahit. Hal itu dibuktikan dengan temuan sebelumnya berupa gentong dan kendang. Sayangnya, gentong yang ditemukan itu tertimbun pondasi rumah warga. ''Gentong itu ada di pondasi rumah warga,'' ujarnya.
Penanggung-jawab Obyek Museum Sangiran, Anjarwati, menerangkan, pihaknya ikut terlibat langsung dalam penggalian untuk memastikan adanya indikasi struktur candi di Dukuh Candi. "Ini untuk meyakinkan temuan tersebut merupakan struktur candi atau bangunan apa," katanya.
Untuk itu, dia belum bisa memastikan periode pembangunan candi. Namun, diperkirakan itu adalah pada masa Hindu-Budha. Pihaknya, masih harus melakukan penelitian lebih lanjut.