REPUBLIKA.CO.ID, SIMPANG AMPEK -- Ratusan nelayan di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat (Sumbar) tidak pergi melaut karena gelombang air laut yang tinggi disertai angin dan hujan lebat.
"Nelayan sudah tidak pergi melaut sejak Selasa (25/11) karena hujan tidak kunjung berhenti. Gelombang air laut tinggi dan sekali-sekali disertai badai," kata Wali Nagari (kepala desa) Sasak, Arman, di Simpang Ampek, Rabu (26/11).
Ia menyebutkan, kondisi Sasak saat ini siaga terhadap bencana alam karena ancaman banjir dan abrasi mulai mengancam.
Bahkan, banjir di Jorong (kelurahan) Maligi semakin meluas dan warga sudah mulai mengungsi meninggalkan rumahnya masing-masing.
"Catatan kami ada sekitar 80 kepala keluarga yang mengungsi pada Selasa (25/11) malam karena air sudah masuk ke dalam rumah," ujarnya.
Ia menuturkan, Nagari Sasak mempunyai penduduk 400 Kepala Keluarga sebagai nelayan, atau 60 persen dari jumlah penduduk. "Berapa ketinggian gelombang laut pastinya kita tidak mengetahuinya, namun melebihi hari-hari sebelumnya," katanya.
Kepala Jorong Maligi, Aljufri, membenarkan warganya sudah tidak melaut karena takut dengan gelombang air laut yang tinggi.
"Nelayan saat ini banyak yang cemas jika memaksakan pergi melaut karena gelombang dan angin kencang. Mereka saat ini hanya menunggu cuaca membaik kembali," ujarnya.
Ia menambahkan, dampak dari tidak melautnya nelayan ini tentunya akan berdampak pada ekonomi nelayan. Mereka mulai mengeluh dengan kondisi saat ini.