Selasa 25 Nov 2014 18:45 WIB

'Dokter Jangan Royal Memberikan Antibiotik'

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Penggunaan antibiotik (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penggunaan antibiotik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Farmakologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Elfahmi Yaman mengatakan, untuk mengantisipasi resistensi antimikroba maka dokter harus memastikan jenis bakteri yang menginfeksi penderita dan tidak berlebihan dalam memberikan antibiotika.

Elfahmi mengakui, saat ini memang terjadi masalah resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) dalam tubuh pasien, termasuk anak-anak. Namun, kata dia, saat ini antibiotika generasi ketiga terus diciptakan sehingga bakteri yang kebal terhadap antibiotika buatan generasi sebelumnya kini dapat dilumpuhkan.

Dia menambahkan, pemakaian antibiotika dapat diberikan kalau penderita memang terinfeksi dengan bakteri (mikroba), terutama ketika dokter melihat dari gejalanya.

“Sebaiknya ketahuan apa penyebab mikrobanya sehingga antibiotika untuk infeksinya dapat diketahui. Karena tidak semua antibiotika bisa membunuh mikroba, misalnya bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan muntah, diare, hingga mual tidak bisa hanya diberikan dengan antibiotika amoxicilin,” katanya kepada Republika, Selasa (25/11).

 

Selain amoxicilin, antibiotika jenis lain harus ditambahkan yaitu omeprazole dan clarithromycin. Sehingga, kata dia, kemungkinan sembuhnya 90 persen bisa berhasil. Selain itu, dia melanjutkan, kalau anak-anak atau pasien menderita panas belum tentu penyebabnya mikroba.

“Jadi dokter jangan royal (berlebihan) memberikan antibiotik. Kalaupun harus diberi antibiotika ya harus rasional,” katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement