REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Kecamatan Babakan Madang, Sentul Bogor geram setelah puluhan warga di tiga desa yakni Desa Karang Tengah, Desa Bojong Koneng dan Desa Sumur Batu diajak mengikuti sebuah acara di Monumen Nasional 2 November 2014. Yang belakangan diketahui acara tersebut adalah program kristenisasi masal.
Sekitar 350 orang warga dari tiga desa tersebut diangkut dalam tujuh bis. Menariknya, warga tidak mengetahui bakal dibawa dalam acara kristenisasi melainkan sekadar dijanjikan untuk berwisata ke Monas.
Alhasil tokoh masyarakat beserta puluhan warga melaporkan kejadian tersebut dengan mendatangi kantor Kementrian Agama RI, Kamis, siang (20/11).
Mereka bermaksud mengadukan adanya program kejadian kristenisasi terselubung yang tertata rapi. Dipimpin tokoh agama seperti Pimpinan Pondok Pesantren Fajrussalam, KH Mukti Ali dan Abah Roud serta sejumlah Advokat diantaranya Gus Joy serta Egi Sujana dari pembina Tim Advokat Syariah.
Kedatangan puluhan ummat Islam itu pun disambut baik Sekretaris Jenderal Kementrian Agama, Nur Syam, yang didampingi Kabalitbang Kemenag Abdul Rohman Mas’ud, serta Dirjen Bimas Islam Machasin.
Republika pun menyambangi ketiga desa di Kecamatan Babakan Madang, Senin pagi (24/11). Burhanuddin (25) dan adiknya Wahyu (20) warga Desa Bojong Koneng Rt 2/3 Kecamatan Babakan Madang yang sempat ikut dalam rombongan bis itu mengaku kaget setelah tahu acara yang digelar di Monas adalah kebaktian bagi umat kristiani.
Bermula dari ajakan temannya Ajat, Kata Burhan dirinya diajak untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan seorang warga, Kristina atau dikenal Tina yang tinggal di komplek Peumahan Tampak Siring No 19 Sentul Bogor.
"Katanya sukuran pengusaha sukses, ternyata itu acara seperti di gereja," ujar Burhanuddin saat ditemui Republika di Bogor, Senin pagi (24/11).
Dari awal. Burhanuddin sudah menemukan banyak kejanggalan mulai dari saat pemberangkatan. Ia sempat mempertanyakan acara tersebut kepada panitia rombongan yang berjumlah delapan orang. Namun dirinya hanya diberi informasi acara tersebut sebatas wisata biasa.
Kecurigaannya semakin kuat saat ia mendapati tulisa Rombongan Jiarah pada bus yang ditumpanginya. Di dalam bus, panitia sempat memberikan gelang dan pita. "Di situ sudah dikasih gelang kata panitia cuman ciri biar tidak hilang dari rombongan, karena memang di sana ribuan orang,"
(bersambung)