Senin 24 Nov 2014 22:40 WIB

Peneliti Asia Kumpul di Bogor Bahas Riset Rendah Karbon

Tugu Kujang
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Tugu Kujang

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah peneliti dari negara-negara Asia berkumpul di Kota Bogor, Jawa Barat, dalam Pertemuan Tahunan Ketiga Jejaring Kerja Riset Rendah Karbon di kawasan Asia atau Low Carbon Asia Research Network (LoCARNet), Senin (24/11).

Para peneliti bersama wakil pemerintah, swasta, dan LSM dari sejumlah perguruan tinggi di negara-negara Asia itu menggelar pertemuan selama tiga hari untuk berdialog dan mempromosikan penelitian guna mendukung pengembangan kebijakan pertumbuhan rendah karbon.

"Pelaksanaan pembangunan rendah emisi menjadi suatu keniscayaan yang perlu dilakukan oleh semua bangsa," ujar Prof Rizaldi Boer dari Pusat Pengelolaan, Peluang, dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB.

Menurut dia, dampak buruk dari pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan selama ini, yakni tingginya laju emisi gas rumah kaca (GKC) sudah dirasakan semua bangsa.

Hasil telaah kelima oleh Panel Antara Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa pemanasan global akibat naiknya konsentrasi GKC telah menyebabkan perubahan iklim dan semakin seringnya kejadian cuaca dan iklim ekstrem dengan intensitas yang semakin kuat.

"Kejadian iklim ekstrem yang menimbulkan dampak besar yang periode ulang kejadian selama ini masih jarang akan semakin sering di masa depan apabila masyarakat dunia gagal dalam menurunkan tingkat emisi," ujar Rizaldi.

Target global, katanya, diarahkan agar kenaikan suhu global tidak melebihi dua derajat celcius. Dalam laporan IPCC, kuota emisi dunia ke depan untuk dapat mencegah kenaikan suhu global tidak melewati batas 275 giga ton carbon.

Pada 2011, katanya, emisi dunia mencapai 9,9 giga ton carbon, yang artinya apabila kondisi tersebut terus berlanjut, dalam waktu 30 tahun kuota tersebut tercapai.

"Artinya risiko iklim yang dihadapi akan sangat tinggi. Kerugian yang ditimbulkan dan investasi yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim akan sangat besar dan akan mengancam keberlanjutan pembangunan," katanya.

Pertemuan Tahunan Ketiga Jejaring Kerja Riset Rendah Karbon di Kawasan Asia atau LoCARNet merupakan pertama kali diselenggarakan di luar Jepang sebagai negara yang pelopor.

Pertemuan kali ini dilaksakanan oleh IPB bekerja sama dengan IGES dan mitra kerja lainnya, yakni ITB, NIES, dan didukung Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, Badan Perencanaan Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.

Hadir sejumlah pembicara, yakni Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Mantan Menteri Lingkungan Hidup Prof Emil Salim, perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dan Prof Matsuoka dari Universitas Kyoto Jepang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement