Sabtu 22 Nov 2014 19:50 WIB

Kasus Leptospirosis di DIY Masih Tinggi

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yudha Manggala P Putra
Leptospirosis
Foto: wikipedia.org
Leptospirosis

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Jumlah kasus penyakit leptospirosis di DIY tahun ini masih tinggi. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat hingga pertengahan November 2014, didapati 130 kasus terkait penyakit yang disebabkan bakteri leptospira dan ditularkan dari hewan ke manusia tersebut. Sebanyak 18 orang di antaranya meninggal.

"Kasus (-kasus)  tersebut sudah dilakukan penanganan lebih lanjut," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Daryanto Chadore pada Republika, Jumat (22/11). 

 

Kasus terbanyak di Kabupaten Bantul yakni 75 kasus, delapan orang di antaranya meninggal. Sementara Kabupaten Kulonprogo sebanyak 35 kasus, meninggal enam orang. Kabupaten Sleman sebanyak 12 kasus dan meninggal dua orang. Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta ditemukan empat kasus, korban meninggal di kedua wilayah itu jika ditotal jumlahnya dua orang.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY Akhmad Akhadi  mengatakan kasus Leptopirosis di DIY itu fluktuatif. Angka kematian akibat leptospirosis tahun ini memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, tetapi lebih rendah dibandingkan tahun 2012.

Yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian tersebut sebagian besar karena keterlambatan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk membawa pasien ke rumah sakit. Sebenarnya, kata dia, akses ke rumah sakit di DIY mudah dijangkau oleh warga.

Menurut Akhmad, penyakit Leptospirosis itu ada dua kelompok besar yakni dari patofisiologis diketahui ada bakteri leptospira  yang menginfeksi sejak awal  ringan dan ada leptopira yang  menginfeksi sejak awal  langsung menjadi berat. 

Kalau kasusnya berat dan terlambat dibawa ke rumah sakit banyak kasus leptospirosis yang mengalami kegagalan ginjal dan bahkan sudah merusak organ tubuh. Untuk mengetahui hal itu harus dilakukan  pemeriksaan  laboratoium di rumah sakit. Sedangkan di Puskesmas biasanya dokter.

Biasanya kalau pasien dibawa diperiksa di Puskesmas dan dokter dan dari diagnosis pasien  diduga menderita penyakit leptospirosis dan bersinggungan dengan bakteri leptospirosis, maka dokter memberi antibiotik dan merujuk penderita ke rumah sakit.   

Namun kadang pasien tidak segera dibawa ke rumah sakit dan bila bakterinya termasuk jenis bakteri yang menginfeksi  langsung berat, kalau pasien tidak segera dirujuk ke rumah sakit biasanya akan meninggal karena sudah terjadi kerusakan di organ tubuh.

Karena itu, Akhmad mengimbau kepada masyarakat bila di Puskesmas didiagnosa leptospirosis dan dirujuk ke rumah sakit agar langsung dibawa ke rumah sakit agar penyakitnya tidak semakin parah dan bahkan bisa mengakibatkan meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement