Jumat 21 Nov 2014 20:47 WIB

Kenapa Said Aqil Tolak 1 Muharram Jadi Hari Santri?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Waketum PBNU As'ad Said Ali
Foto: pbnu
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Waketum PBNU As'ad Said Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Said Aqil menolak jika 1 Muharram ditetapkan sebagai Hari Santri, seperti yang sebelumnya dijanjikan oleh Jokowi-JK saat kampanye Pilpres lalu. Said lebih memilih jika Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober.

"Yang kampanye janjikan 1 Muharram Hari Santri, tolong sampaikan presiden tidak tepat 1 Muharram jadi hari santri. Hari santri Indonesia tepat pada 22 Oktober," kata Said Aqil saat menghadiri acara Konferensi Besar Fatayah NU ke XV di Kementerian Agama, Jumat (21/11).

Ia menjelaskan pada hari itu para santri berupaya melawan pasukan NICA di Surabaya. Menurutnya jika tidak ada resolusi Hasyim Azhari belum tentu rakyat begitu semangat melawan penjajah.

Said melanjutkan, para santri yang dibawah pimpinan Kiai Abas Cirebon serta Kiai Maskur dari Malang pun berhasil mengalahkan pasukan NICA.

"Hari santri 22 Oktober, bukan 1 Muharam," tegasnya.

Said pun juga berharap agar Jokowi-JK diberi kemampuan dan kekuatan untuk memimpin negara. Saat berkampanye politik menjelang Pilpres 2014, Jokowi berjanji akan merealisasikan Hari Santri Nasional. Janji ini disampaikannya saat mengunjungi pondok pesantren Babussalam Kiai Haji Thoriq bin Ziyad.

1 Muharam sebagai Tahun Baru Islam jatuh pada tanggal 25 Oktober 2014. Ketika mengunjungi ponpes itu, Jokowi di hadapan ratusan santri menyatakan dukungannya terhadap gagasan pengasuh Ponpes tersebut yang akan menjadikan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional.

Meski sempat menjadi kontroversi, Hari Santri Nasional yang digagas pengasuh ponpes tersebut sejak 2009 itu tetap direspons positif oleh Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement