REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Iman Sugema memprediksi kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan menambah jumlah kaum miskin dan menekan pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya berdasarkan hasil micro-simulation menunjukan kenaikan harga BBM Rp 2 ribu per liter meningkatkan jumlah kaum miskin sebesar 0,81 persen.
Iman mengatakan di samping kaum miskin yang semakin bertambah, naiknya harga BBM bersubsidi diprediksi bakal meningkatkan inflasi hingga 1,89 persen.
Penduduk miskin bisa saja diberikan kompensasi agar bisa menyesuaikan dengan kenaikan harga-harga. Akan tetapi fakta menunjukan bahwa skema kompensasi tampaknya tidak akan tepat sasaran.
"Karena dalam kenyataannya hampir semua program sosial lebih banyak dinikmati oleh kalangan non-miskin," kata Iman kepada Republika, Jumat (21/11).
Sementara program kompensasi tidak akan berjalan efektif, maka harus dipilih skenario yang paling aman dan jelas-jelas bermanfaat secara ekonomi. "Karena itu tidak perlu ada program kompensasi," tegasnya.
Alternatif terbaik, lanjutnya, adalah skenario pencabutan subsidi terhadap mobil pribadi. Karena, dampaknya terhadap kemiskinan, inflasi dan pertumbuhan adalah yang paling minimum.
Subsidi sebaiknya tidak diberikan kepada mobil berplat hitam dan merah. Subsidi hanya diberikan kepada sepeda motor, angkutan umum berplat kuning, bus, dan truk.
Ia juga menjelaskan, dalam studi yang sama bahwa skenario pencabutan subsidi terhadap mobil pribadi hanya akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0,01 persen. Inflasi akan naik sebesar 0,91 persen sedangkan pertumbuhan hanya akan menurun 0,35 persen.