REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebijakan pemerintah untuk merelokasi subsidi BBM memberikan keuntungan kepada SPBU asing. Pasalnya, naiknya harga premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 menjadikan selisih harga dengan pertamax atau bensin merk asing dengan oktan terendah menjadi semakin kecil. Hari ini saja, bensin Shell Super dibanderol dengan harga Rp 10.200 perliter, sama dengan harga jual pertamax.
Dengan selisih hanya Rp 1.700, masyarakat mulai melirik untuk membeli bensin pertamax atau bahkan produk SPBU asing.
Ummaya Zahra (29 tahun) misalnya, seorang pengendara motor 125 cc yang membeli bahan bakar di sebuah SPBU asing di kawasan Pasar Minggu. Dia mengaku tidak sering membeli bensin di SPBU asing sebelumnya. Sejak kenaikan BBM, dia mulai "menjajal" bensin produk asing ini. "Ini baru coba-coba. Lagian selisih tidak jauh sekarang," katanya, Kamis (20/11).
Ummaya melanjutkan, dirinya mulai tertarik membeli bensin di SPBU asing semenjak mendengar dari salah seorang kawannya bahwa kualitas bensin pertamax atau bensin yang dibeli di SPBU asing lebih baik dibanding premium. "Motornya lebih awet katanya," lanjut Ummaya. Dia juga beranggapan bahwa perbandingan uang yang keluar dengan jarak tempuh (Rp/km) motor dengan pertamax lebih irit dibanding dengan (Rp/km) bensin premium.
Lain lagi dengan Febrian yang mengendarai mobil. Warga Tangerang ini mengaku sudah menjadi pelanggan SPBU asing sejak sebelum kenaikan BBM. "Lebih percaya saja," jelasnya. Febrian mengaku, SPBU asing memiliki pelayanan lebih baik dibanding lokal.
Dia juga meyakini, dengan naiknya BBM masyarakat akan mulai beralih ke pertamax. "SPBU asing juga pasti bakal ramai," katanya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM yang semula Rp 6.500 untuk premium menjadi Rp 8.500 (naik 30,77 persen) dan solar yang semula Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 (naik 36,36 persen).