Kamis 20 Nov 2014 06:54 WIB

Satwa Langka Lembah Hijau Bandarlampung Berkembang Biak

Perawat binatang memperkenalkan Orang Utan pada pengunjung di Kebun Binatang Bandung, Selasa (29/7).  (foto: Septianjar Muharam)
Perawat binatang memperkenalkan Orang Utan pada pengunjung di Kebun Binatang Bandung, Selasa (29/7). (foto: Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sejumlah satwa yang termasuk jenis langka di Taman Satwa Lembah Hijau Bandarlampung mulai berproduksi atau melahirkan serta berkembang biak sejak Februari hingga Oktober 2014.

"Satwa-satwa ini, di antaranya kambing gunung, sitatungga, kijang, dan rusa timur," ujar Rasyid Ibransyah, petugas kesehatan Taman Satwa Lembah Hijau di Bandarlampung, Kamis (20/11).

Menurutnya, pemberian nutrisi yang tepat dengan mengacu standar kesehatan selalu menjadi prioritas bagi pengelola dan pengurus satwa di Lembah Hijau dalam pengembangbiakkan satwa yang dipelihara di sini.

Dia menegaskan, sebagai satu-satunya kebun binatang di Lampung, pihaknya bakal terus berkomitmen untuk meningkatkan populasi satwa di tempat ini, sehingga diharapkan ke depan dapat semakin banyak koleksi hewan langka di Lembah Hijau.

Selain sudah ada yang melahirkan, kata Rasyid, satwa langka lainnya yakni orang utan, banteng, sitatungga (sejenis rusa dari Afrika), dan rusa totol sedang dalam kondisi hamil (bunting). Kemudian burung kakak tua, nuri bayan, dan merak biru sudah bertelur dan mengeram.

Menurut dia, perawatan secara intensif terus dilakukan agar hewan-hewan tersebut bisa melahirkan dengan baik. Orang utan kini sedang bunting tiga bulan dan banteng diperkirakan sudah bunting tujuh bulan. "Semoga saja, reproduksi satwa-satwa ini bisa berjalan lancar dan dapat melahirkan dengan baik serta sehat," ujarnya pula.

Rasyid membenarkan, selain banyak satwa yang telah dan berpotensi melahirkan sehingga diharapkan dapat berkembang biak dengan baik, juga terdapat sejumlah satwa yang mati, seperti kambing gunung, babi rusa, kijang, dan rusa bawean.

Salah satu faktor penyebab kematian beberapa satwa itu, di antaranya pengaruh kondisi cuaca. "Masalah cuaca menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap kesehatan satwa di sini," ujarnya lagi.

Terkait kematian kambing gunung, diketahui terdapat kotoran atau plastik yang ada di dalam tubuh hewan tersebut. "Ini plastik sudah sejak lama ada di dalam tubuhnya, dan jelas mengganggu sistem pencernaannya," kata Rasyid.

Menurut dokter hewan di taman satwa ini, drh Rifky Fabillah, dari hasil otopsi yang dilakukan terhadap bayi rusa yang juga mati di tempat ini, diketahui hewan tersebut mengalami gangguan saluran pencernaan yang mengakibatkan terjadi pendarahan.

"Saluran pencernaannya mengalami infeksi. Itu gelaja lama yang akumulatifnya mengakibatkan kematian," kata dia pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement