REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Pengemudi dan pengusaha angkutan umum di Kota Bekasi tidak ikut menggelar aksi mogok seperti yang terjadi di wilayah-wilayah lain di Indonesi.
Pantauan Republika pada Rabu (19/11) siang, berbagai jenis angkutan umum Koperasi Angkutan Bekasi (KOASI) dan angkutan Elf, terus berlalu-lalang di sepanjang jalan Haji Juanda, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Situasi ini membuktikan tidak berlakunya seruan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organda untuk melakukan aksi mogok nasional pada Rabu (19/11).
Pengemudi KOASI jurusan Terminal Bekasi - Bantar Gebang (K 11), Rahmat Basuki, menyatakan seluruh pengemudi Koasi K 11 tidak jadi melaksanakan mogok masal pada Rabu (19/11). Sebab surat edaran tarif resmi dari Kelompok Pelayanan Usaha (KPU) K 11 sudah diumumkan.
"Kami tidak jadi mogok massal karena KPU K 11 sudah mengumumkan surat edaran tarif resmi. Surat edaran itu juga sudah dibagikan ke seluruh pengemudi K 11," ujar Rahmat di Terminal Bekasi, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Rahmat mengakui jika kenaikan bbm ini berdampak langsung pada KOASI K 11. Ia mengatakan biaya operasional semakin membengkak, karena selain harus membeli bahan bakar dengan harga yang tinggi, harga onderdil mobil seperti oli juga naik.
Sementara terkait kenaikan tarif penumpang, sangat bervariasi tergantung jarak tempuh penumpang. Misalnya, untuk jarak jauh, tarif naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000. Sedangkan untuk jarak dekat, ktarifnya naik dari Rp 3.000 menjadi Rp 3.500.