Rabu 19 Nov 2014 09:33 WIB

BBM Naik, Pedagang Diharap Jangan Mainkan Harga

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla (keempat kiri) dan para Menteri Kabinet Kerja mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/11) malam.
Foto: Republika/Yasin Habibi/ca
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla (keempat kiri) dan para Menteri Kabinet Kerja mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengimbau para pedagang agar tidak memainkan atau menaikkan harga sesuka hati karena dapat memberatkan ekonomi warga seiring naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

"Diimbau kepada pedagang agar tidak memainkan atau menaikkan harga sesuka hati dengan alasan harga BBM naik dan kami akan mengontrol itu," kata Kasi Pengadaan dan Penyaluran Disperindag Babel, Marhoto di Pangkalpinang, belum lama ini.

Ia mengatakan, harga boleh saja naik sepanjang masih dalam batas kewajaran sehingga konsumen dapat memakluminya.

"Jika harga BBM naik pasti harga kebutuhan pokok juga ikut naik dan jika kedapatan pedagang memainkan harga atau bahkan menimbun stok sembako maka akan ada sanksi tegas yang dapat diterapkan," katanya.

Menurut dia, saat ini harga kebutuhan pokok masih stabil dan belum ada lonjakan harga yang memberatkan perekonomian warga.

"Berdasarkan pantauan petugas, saat ini harga masih normal dan stok cukup untuk memenuhi kebutuhan warga," ujar Marhoto.

Selain itu, ia berharap dengan naiknya harga BBM warga dapat mengontrol pengeluarannya dan tetap tenang dalam menyikapi kebijakan pemeerintah tersebut dengan tidak perlu ada aksi anarkis.

"Kemungkinan kami akan giat mengadaan pasar sembako murah karena di daerah ini daya beli cukup lemah karena penghasilan warga dari tambang timah menurun setelah aparat sering mengadakan razia," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement