Rabu 19 Nov 2014 06:46 WIB

Diperlakukan tak Layak, ABK Jadi Perhatian Kemenaker

Rep: Antara/ Red: Indah Wulandari
  Anak buah kapal (ABK) KM Thalia menurunkan barang penumpang dari geladak kapal dengan menggunakan tali saat tiba di Pelabuhan Tunon Taka Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (27/10).  (Antara/M Rusman)
Anak buah kapal (ABK) KM Thalia menurunkan barang penumpang dari geladak kapal dengan menggunakan tali saat tiba di Pelabuhan Tunon Taka Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Senin (27/10). (Antara/M Rusman)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perekrutan tenaga kerja migrant, khususnya yang bekerja di sektor kelautan dan perikanan bakal menjadi perhatian Kementerian Tenaga Kerja.

"Memang ada masalah yang dialami awak kapal asal Indonesia khususnya di kapal perikanan, dan itu saat ini sedang kami benahi," kata Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Kementerian Tenaga Kerja Guntur Wicaksono, Rabu (19/11).

Dia mengakui masih banyak kapal perikanan berbendera asing yang mempekerjakan Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia secara tidak layak.

"Banyak sekali yang tidak layak. Kerja 24 jam, upah yang tidak layak, berlayar tidak ketemu keluarga hingga berbulan-bulan. Saya yakin kalau para calon ABK itu memahami bagaimana kondisinya, mereka tidak akan mau," katanya.

Menurut dia, dalam perekrutan calon ABK asal Indonesia disinyalir ada kebohongan yang dilakukan oleh oknum yang merekrutnya. Oleh karena itu, yang saat ini bisa dilakukan adalah memperkuat penegakan hukum di tingkat perekrutan.

"Secara pribadi, saya menyarankan agar dibuatkan moratorium untuk penempatan ABK asal Indonesia tersebut di kapal-kapal asing ini," katanya.

Sementara Dewan Pimpinan Nasional Serikat Buruh Migran Indonesia mengharapkan agar pemerintah segera meningkatkan perlindungan terhadap ABK asal Indonesia yang bekerja di luar negeri.

"Persoalan ABK Indonesia ini menyedihkan sekali. Mereka dipaksa bekerja di luar batas kewajaran, bayangkan saja, ketika berlayar, mereka mengecat kapal dengan hanya bantuan pelampung, itu kan mengancam nyawanya," kata Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Serikat Buruh Migran Indonesia Bobby Anwar Maarif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement