REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Warga Kabupaten Bandung mulai merasakan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Saat ini tarif angkutan umum pun melonjak 100 persen.
Beratnya tarif angkutan umum ini dirasakan benar oleh warga yang sehari-hari memakai jasa angkutan tersebut menuju tempat pekerjaannya di pinggiran Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur bagian selatan. Erdwita Prima (28), seorang pegawai PNPM Mandiri di Kecamatan Rancabali, jauhnya jarak tempuh ke tempat bekerja dari tempat tinggalnya di Kecamatan Katapang cukup menguras biaya transportasi sehari-hari. Betapa tidak, sebelum naiknya BBM setiap hari ia harus merogoh kocek sebesar Rp 40 ribu pulang pergi.
"Setelah tadi malam BBM naik. Tadi pagi saya naik angkutan umum dari mulai ojek sampai angkot ke tempat kerja dihitung-hitung habis Rp 80 ribu," kata Erdwita, di Kecamatan Rancabali, Selasa (18/11/14).
Ongkos setiap hari yang harus ia keluarkan untuk pergi bekerja ini tentunya cukup memberatkan. Apalagi, ia pun seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak yang masih berusia delapan bulan. "Repotnya pekerjaan saya itu jauh dipelosok ujung Kabupaten Bandung. Sebelum BBM naik saja sudah berat, apalagi sekarang. Belum lagi saya ini punya keluarga di rumah," ujarnya.
Ikin (35), sopir jurusan Soreang-Caringin mengatakan, kenaikan harga BBM sebesar Rp 2000 jelas akan berdampak terhadap ongkos angkutan umum. Prediksinya ongkos angkutan umum akan naik sebesar Rp 1000. "Mulai besok bisa naik walau belum ada edaran dari Organda. Kalau BBM naik Rp 2000 ongkos naik Rp 1000,"ujarnya.