REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Istana menanggapi kemunculan hashtag #ShameonYouJokowi yang ramai bermunculan di media sosial pasca pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Sekertaris Kabinet Andi Widjajanto mengatakan, hal itu merupakan bagian dari demokrasi yang harus dihargai.
"Itulah luar biasanya demokrasi. Senang sekali, prosesnya dinamis, bisa kami pahami," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (18/11).
Andi menambahkan, keputusan menaikkan harga BBM ini diambil dengan perhitungan yang matang. Presiden, kata dia, tak ingin menunda-nunda pengumuman kenaikan harga BBM karena efeknya akan sangat besar pada anggaran belanja.
Apabila subsidi BBM bisa dihemat, kata Andi, maka akan ada Rp 100 triliun uang negara yang bisa diselamatkan. Anggaran tersebut akan langsung dipakai untuk membantu petani menyambut musim tanam pada Oktober sampai Maret 2016. "Seperti kata presiden, tidak mungkin kami puaskan semua orang, ini keputusan sulit," ucap mantan deputi tim transisi tersebut.
Seperti diketahui, pasca pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM, para pengguna media sosial ramai-ramai menggunakan hashtag #ShameonYouJokowi. Hal itu sebagai bentuk ekspresi kekecewaan mereka pada kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat. Hashtag #ShameonYouJokowi juga sempat menjadi trending tropic di Twitter.