REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Presiden Joko 'Jokowi' Widodo telah mengeluarkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya untuk jenis premium dan solar. Politikus muda, Indra J Piliang mengatakan ada skenario di balik kebijakan tersebut.
"Banjir minyak di seluruh dunia bisa berakibat kepada habisnya cadangan minyak dunia. Inilah yang diantisipasi Rezim Jokowi sekarang," kata Indra J Piliang dalam akun Twitter pribadinya, @IndraJPiliang.
Indra menjelaskan pemerintahan Jokowi berinisiatif untuk "out of the book" dengan menjadi penyeimbang perminyakan dunia. Saat ISIS menjual minyak lebih murah, Indonesia malah melakukan sebaliknya dengan menaikkan harganya.
Menurut dia, ada situasi global yang anomali dengan adanya harga minyak dunia yang turun drastis untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir. Pemerintahan Jokowi membaca keanehan ini. "Keran-keran yang bocor akibat perang tanpa negara di kawasan yang dikuasai ISIS, membuat harga minyak turun. Jelas ini anomali," ujarnya.
Langkah Jokowi ini, lanjutnya, kemungkinan mirip dengan yang dilakukan PM Mahathir Mohammad di Malaysia saat nilai tukar mata uang ASEAN anjlok pada 1997. Begitupun dengan banjir minyak di seluruh dunia bisa berakibat dengan habisnya cadangan minyak dunia. Hal ini yang diantisipasi Jokowi.
Dengan menaikkan harga BBM saat banjir minyak terjadi di dunia, Jokowi mencoba mencegah dampak jangka menengah dan panjang dari minyak yang langka. Jika persediaan minyak di kilang yang dikuasai ISIS habis, harga minyak akan kembali melambung tinggi.
Langkah kebijakan yang diambil Jokowi ini, ia mengakui akan berisiko terhadap stabilitas di dalam negeri dan berpengaruh ke negara-negara lain. Ia memberikan solusi agar pemerintah Jokowi mencari minyak-minyak murah di negara-negara yang bebas dari pengaruh ISIS.
"Yang harus dilakukan rezim Jokowi adalah mencari minyak murah dari Angola. Setelah ditandatangani, baru mencegah masuknya minyak spekulan-spekulan harga," katanya menegaskan.
Info seputar sepak bola silakan klik di sini