Senin 17 Nov 2014 19:07 WIB

Ajang Ratu Kecantikan Ternyata Nol Bagi Pariwisata Indonesia

Rep: c 14/ Red: Indah Wulandari
Miss Universe 2011 Leila Lopes (kiri) dan Putri Indonesia 2011 Maria Selena (tengah) didampingi Presiden Direktur PT Mustika Ratu Putri Kuswisnu Wardani (kanan), mengamati produk pasta gigi berbahan daun sirih saat melakukan kunjungan ke gerai Java Princes
Foto: Teresia May/Antara
Miss Universe 2011 Leila Lopes (kiri) dan Putri Indonesia 2011 Maria Selena (tengah) didampingi Presiden Direktur PT Mustika Ratu Putri Kuswisnu Wardani (kanan), mengamati produk pasta gigi berbahan daun sirih saat melakukan kunjungan ke gerai Java Princes

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ajang pemilihan ratu kecantikan selalu dikaitkan sebagai cara meningkatkan pariwisata sebuah wilayah. Ternyata, korelasinya nihil.

"Malahan, ajang semisal miss internasional kerap membawa ekses ke Tanah Air. Misalnya, terkait prokontra cara para pesertanya berpakaian," kata pakar komunikasi budaya dari Universitas Padjajaran Bandung, Prof Deddy Mulyana, Senin (17/11).

Deddy berani menyimpulkan itu karena kompetisi tersebut kerap mengutamakan kompetisi fisik para pesertanya saja. Bahkan, katanya, beberapa pihak kerap menjadikan ajang kontes kecantikan sebagai jalan pintas semata untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. 

"Padahal kita mesti melihat problem utama dunia kepariwisataan kita. Dibandingkan dengan Malaysia, misalnya, jumlah turis asing ke Indonesia masih sedikit. Yang harus kita lihat adalah akar persoalan promosi wisata di Indonesia. Jadi, bukan hanya sekadar solusi instan," ungkap Deddy.

Dia menggambarkan, selama ini persoalan dunia pariwisata Indonesia terletak pada problem pengelolaan dan komunikasi. Artinya, promosi mesti diiringi dengan pembenahan tata kelola destinasi wisata di Indonesia. 

Mulai dari bandar udara, hotel, hingga titik-titik di Tanah Air yang berpeluang menarik perhatian turis mancanegara. 

Demikian pula terkait layanan bagi para turis asing yang masih sering mengalami diskriminasi. Misalnya, terkait menaikkan harga tiket masuk ke tempat wisata hingga beberapa kali lipat dari harga sewajarnya.

“Indonesia bisa membuat hal sepele menjadi sebuah destinasi wisata yang menarik, misalnya aktivitas bertani. Para turis asing bisa saja diajak menjadi petani di sawah," kata Deddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement