Sabtu 15 Nov 2014 16:31 WIB

Masyarakat Papua Malah Pilih Freeport Ketimbang Otsus Pemerintah

Rep: c73/ Red: Mansyur Faqih
Sejumlah truk milik PT Freeport Indonesia terparkir di Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua.
Foto: Antara
Sejumlah truk milik PT Freeport Indonesia terparkir di Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Ketua masyarakat paguyuban Papuan Brotherhood, Silas Natkime menyatakan, tidak puas dengan adanya otonomi khusus (Otsus) yang diberikan. Karena masyarakat Papua tidak merasakan hasil Otsus tersebut. 

"Jika dibandingkan dengan pemerintah yang lalu, namanya otonomi khusus kami tidak puas, tidak hasil. Tidak ada apa pun yang dibangun di tanah Papua. Mulai dari 1963 sampai kini, bukti dari pemerintah nol," kata Silas kepada Republika di Timika, Papua, Jumat (14/11) malam. 

Ia menilai, masyarakat lebih merasakan manfaat dari keberadaan PT Freeport dibandingkan otsus pemerintah pusat. 

Menurutnya, otsus diatur oleh gubernur Papua. Karenanya, ia menyerahkan hal itu kepada gubernur Papua untuk membangun infrastruktur di Papua.

Ia menyebutkan, Freeport merupakan napas rakyat Papua. Masyarakat sudah merasakan manfaat perusahaan itu berupa bantuan kesehatan, perumahan, dan pembangunan jalan. 

Menurutnya, banyak anak Papua yang disekolahkan oleh Freeport di luar negeri. Karena itu masyarakat Papua mendukung jika kontrak Freeport diperpanjang. 

"Kami memang tidak sekolah, kami miskin, kami tidak pakai baju. Tapi karena Freeport sekarang kami buka mata," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement