REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terus membawa implikasi terhadap harga komoditas pertanian, dalam sepekan terakhir. Harga cabai merah dan cabai rawit di pasar-pasar tradisional kota Bandar Lampung mencapai Rp68 ribu per kg pada Sabtu, (15/11).
Kedua komoditas unggulan di dapur ini, membuat para ibu rumah tangga terpaksa membeli eceran dengan harga jauh lebih tinggi bila membeli satu kilogram. "Kalau satu kilo Rp 68 ribu per kg, kalau eceran lebih mahal satu ons bisa Rp 17 ribu sampai Rp 19 ribu per kg," kata Sumiati, ibu rumah tangga tinggal di Tanjungkarang Barat.
Menurut dia, harga cabai merah dan rawit tidak jauh berbeda. Pedagang telah menaikkan harga cabai sejak sepekan lalu, karena adanya isu kenaikan BBM. "Ini gara-gara BBM mau naik, jadinya harga naik duluan," ujar ibu dua anak ini.
Rudi, pedagang gorengan di Hanura, Kabupaten Pesawaran, terpaksa mengurangi kadar pedas dalam cukanya, karena cabai rawit mahal. "Terpaksa kami kurangi rasa pedas cuka (untuk campuran penganan empek-empek). Soalnya, cabai rawit harganya naik terus," tuturnya.
Lekmin, pedagang sayur mayur keliling, terpaksa menjual cabai merah dan rawit lebih tinggi dari harga pasar tradisional. Ia menjual cabai kepada ibu rumah tangga berkisar Rp 18 ribu-Rp19 ribu per ons. "Memang lagi mahal cabai merah dan cabai rawit, karena dari angkutan mobilnya sudah naik duluan," katanya.
Bila BBM naik dalam bulan ini, harga cabai dan komoditas pertanian lainnya akan terus merangkak naik lagi. "Jadi naiknnya dua kali lipat," tuturnya.