REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Energi Internasional mengatakan harga minyak kemungkinan akan terus jatuh pada 2015. Konsultan untuk 29 negara, IEA, mengatakan lemahnya permintaan dan lonjakan serpihan gas bumi Amerika Serikat berarti minyak mentah jatuh di bawah 80 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent pada Jumat (14/11) diperdagangkan pada 78,13 dolar per barel, mendekati level terendah selama empat tahun terakhir. EIA mengaku telah memasuki babak baru dalam sejarah pasar minyak.
"Kecuali ada masalah pasokan baru, tekanan harga bisa tumbuh pada semester pertama 2015," kata Direktur Eksekutif IEA, seperti dilansir BBC, Jumat.
IEA menambahkan, para produsen minyak yang tergabung di OPEC menekan harga untuk membatasi pasokan sehingga memperkuat harga minyak. Namun, IEA menerima laporan Arab Saudi belum bersedia.
Anggota OPEC akan bertemu pada 27 November 2014 untuk membahas masalah pasokan dan permintaan.
Saat ini, sebagian besar anggota OPEC mengandalkan pendapatan minyak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan belanja negara.
Menurut data Reuters, Brent telah jatuh selama delapan pekan berturut-turut, atau mengalami penurunan terpanjang sejak 1988.
Departemen Energi As memperkirakan harga bahan bakar yang rendah akan bertahan hingga tahun depan.
Laporan IEA Global Outlook pada awal pekan ini memperingatkan bahwa lonjakan serpihan gas As menutup risiko serius bagi keamanan energi global.