REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR – Kepolisian Daerah Bali meningkatkan pengawasan terhadap pola-pola yang sering digunakan jaringan terorisme termasuk tempat persembunyiannya.
"Pintu-pintu masuk dan tempat persembunyian kami awasi termasuk hotel berbintang, pemukiman maupun tempat kos," kata Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Albertus Julius Benny Mokalu, di Denpasar, Jumat (14/11).
Menurut dia, hal tersebut sebagai bentuk antisipasi pihak kepolisian di dalam melakukan penyelidikan terkait kasus terorisme.
Ia menyatakan bahwa komunikasi dengan pihak terkait dan masyarakat termasuk kalangan perhotelan dilakukan untuk membantu polisi dalam mengungkap adanya tindak pidana.
"Beberapa waktu lalu polisi sempat dibantu petugas perhotelan saat kami mengejar pelaku pembunuhan warga negara Amerika Serikat," kata Albertus.
Apalagi saat ini marak beredar paham radikal yang meluas di sejumlah negara seperti "Islamic State of Iraq and Syiria" (ISIS) yang saat ini dikhawatirkan menyasar mahasiswa dan generasi muda.
"Sosialisasi (bahaya terorisme) tidak boleh berhenti. Pencegahan merupakan hal penting yang melibatkan 'stakeholder' dan peran masyarakat," katanya.
Peningkatan patroli keamanan termasuk komunikasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan menyasar mahasiswa juga dilakukan agar mereka bisa mendiseminasikan bahaya terorisme kepada masyarakat sekitar.
Bali, sebagai daerah pariwisata dunia menjadi sasaran para terorisme di dalam melancarkan aksinya. Terbukti, provinsi kecil ini telah dua kali diguncang peledakan bom, yakni Bom Bali I pada 2002 yang menewaskan 202 orang dan Bom Bali II pada 2005 yang menewaskan sedikitnya 21 orang.