REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Model dan aktivis Nadya Hutagalung semakin giat menggaungkan kampanye antiperdagangan gading gajah lewat Let Elephants Be Elephants (LEBE) yang diperkenalkan di Indonesia sejak April silam.
"Aktivitas kami semakin mendapat perhatian internasional dan menjadi isu global yang dianggap penting dan relevan," kata Nadya di Jakarta, Jumat (14/11).
Nadya yang menjadi co-founder LEBE bersama ahli gajah Dr Tammie Matson mengemukakan, tujuannya menyebarkan edukasi antiperdagangan gading gajah sebagai bentuk penyelamatan hewan tersebut. Pada 2010--2012, sebanyak 100.000 gajah telah dibunuh demi diambil gadingnya.
"70--80 persen orang tidak tahu kalau gajah harus dibunuh untuk diambil gadingnya. Tidak hanya gajah, ranger-nya pun dibunuh karena pemburu gading tidak mau ketahuan saat akan mengambil gading," kata dia.
Berbagai kemajuan telah dirasakannya dalam beberapa bulan terakhir, termasuk film dokumenter berjudul Let Elephants Be Elephants yang menjadi bagian dari kampanye juga dinominasikan sebagai film dokumenter wildlife dari Asian Television Awards.
Upaya LEBE, diakui Nadya, belum membuahkan hasil dalam mengurangi jumlah pembantaian gajah. Namun, dia semakin gencar merangkul banyak pihak untuk mendukung antiperdagangan gading gajah. "Masih terlalu cepat, kampanye ini butuh proses. Namun kami sedang mengumpulkan kolega untuk maju bersama," kata dia.
Nadya mengaku semakin disibukkan dengan aktivitas menyebarkan informasi penyelamatan gajah ke berbagai tempat seperti Jakarta, Hong Kong, Singapura, Manila dan Sydney. Dia juga akan menjadi pembicara dalam forum global IUCN World Parks Congress di Sydney.
"Bisa bersanding dengan orang-orang penting di bidang lingkungan di panel internasional ini membuat saya yakin bahwa apa yang saya lakukan ini benar," tutur dia.