REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Ancaman kepunahan berbagai jenis kura-kura di Indonesia terus terjadi. Hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya Menteri Lingkungan dan Kehutanan yang baru.
Aktivis lingkungan dari Yayasan Sahabat Alam, Anshori Djausal kepada Republika, Jumat (14/11) mengatakan di Sumatera khususnya di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Lampung, kepunahan kura-kura air tawar bukan hanya karena perburuan tapi karena habitatnya terancam.
“Di Lampung dan Sumatera Selatan kini banyak habitat kura-kura air tawar yang telah berubah fungsi yang berarti mengancam keberlangsungan hidup hewan yang tergolong reptil tersebut,” katanya.
Dengan potensi rawa yang luar biasa di Sumsel dan Lampung seharusnya bisa menjadi habitat yang tepat untuk konservasi kura-kura air tawar dan ikan rawa. Tetapi, terbakarnya lahan gambut yang memicu kabut asap ikut berpengaruh dan mengancam kepunahan kura-kura.
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut kini tengah berupaya menggalakan penyelematan atau konservasi kura-kura air tawar tersebut dengan melakukan penangkaran.
“Sekarang sudah ada 18 ekor kura-kura air tawar yang dikirim seorang kerabat dari Menggala di Kabupaten Tulang Bawang. Bahkan sudah ada satu kura-kura pada 10 November lalu yang bertelur. Semoga usaha konservasi ini bisa berhasil,” katanya.
Menurut Anshori Djausal di Indonesia ada banyak jenis kura-kura. Dari data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI tahun 2007 mencatat di dunia ada kurang lebih 300 jenis kura. Dari jumlah tersebut, sebanyak 39 jenis ada Indonesia.
"Jenis kura-kura di Indonesia memiliki wakil semua kura-kura, baik penyu, baning, labi-labi, maupun kura-kura air tawar,” ujarnya.
Tak hanya ancaman lingkungan, kura-kura air tawar pun sering diperdagangkan.
"Jenis Amyda cartilaginea yang terbanyak diperdagangkan dan diminati di pasar dunia," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika