REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Baru-baru ini Columbia University merilis statistik. Statistik tersebut menunjukkan populasi tikus di kota berjuluk Big Apple tersebut mendekati dua juta ekor.
Data tersebut berasal dari penelitian seorang mahasiswa doktoral Jonathan Auerbach yang dipublikasikan dalam majalah Significance. Auerbach mengatakan mitos urban yang menyebutkan jumlah tikus sama dengan populasi warga telah berlangsung selama berabad-abad.
Sebagian mungkin karena sulit memperkirakan populasi tikus di perkotaan karena hewan pengerat tersebut hampir tidak terlihat. Sebab, sebagian besar warga New York melihat mereka bergerak cepat di kereta bawah tanah atau mendengar mereka bergemerisik di tempat-tempat sampah. "Hewan merupakan responden yang menyulitkan," kata Auerbach dalam tulisannya.
Artikelnya masuk dalam nominasi pemenang dalam kompetisi penulisan statistik muda yang diselenggarakan Royal Statistical Society London. Namun, dia tidak menyerah.
Dia menggunakan metode menangkap tikus secara acak, menandai mereka, melepaskan dan menangkap tikus lain secara acak. Dia juga menggunakan keluhan warga yang melihat tikus yang dipublikasikan online.
Dengan mengombinasikan data dengan jumlah asumsi, dia mampu memperkirakan jumlah hunian tikus, yakni sekitar 40.500 di seluruh kota atau kurang dari lima persen dari jumlah keseluruhan.
Jika setiap tempat hunian itu adalah rumah bagi koloni 50 tikus, artinya ada sekitar dua juta tikus di kota. Ada sekitar delapan juta bangunan bertingkat di New York.
Departemen Kesehatan menyebut penelitian Auerbach menarik. Namun menambahkan, tidak ada metode valid untuk menghitung populasi tikus di kota besar atau apakah itu akan sangat berguna jika ada.