Rabu 05 Nov 2014 18:22 WIB

Menyuarakan Orisinalitas Suara Hati Melalui Sastra Migran

Pemenang Bilik Sastra VOI Award 2014 di Jakarta, Ahad (26/10).
Foto: Republika/Irwan Kelana
Pemenang Bilik Sastra VOI Award 2014 di Jakarta, Ahad (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

JAKARTA -- RRI World Service, Voice of Indonesia, Stasiun Siaran Luar Negeri LPP RRI menggelar acara penanugrahan Bilik Sastra VOI Award 2014 di Jakarta, Ahad (26/10). 

Acara yang disiarkan langsung oleh VOI RRI ke seluruh dunia, Ahad (26/10) juga diisi dengan diskusi bertajuk Memantapkan Eksistensi Karya Sastra Perantau Dalam Kesusastraan Indonesia.

Diskusi menampilkan para pembicara: Direktur Utama LPP RRI Niken Widyastuti, Cecep Syamsul Hari (sastrawan dan mantan redaktur majalah sastra Horison), Syarifudin Yunus (dosen bahasa dan sastra di UNJ dan Unindra), Putri Rezeki Rahayu (pemenang pertama Bilik Sastra VOI Award 2014), dan Dwitra Zaky (pemenang kedua Bilik Sastra VOI Award 2014).

Niken mengatakan, sejak Bilik Sastra mengudara setiap Ahad, pukul 13.00-14.00, empat tahun silam, animo para penulis asal Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk mengirimkan karyanya berupa cerita pendek ke redaksi VOI selalu meningkat.

Mereka terdiri dari berbagai macam profesi, baik pelajar, mahasiswa, buruh migran Indonesia (BMI), profesional mapun ibu rumah tangga.

“RRI memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para penulis di perantauan untuk berkreasi. Jangan pernah khawatir suara Anda tidak terdengar, sebab RRI selalu siap memfasilitasi. Harapan kami, RRI menjadi persemaian bagi tumbuh suburnya sastra Indonesia di luar negeri,” tutur Niken.

Syarifudin Yunus mengemukakan, sastra perantau memiliki setidaknya dua keunikan. Yakni, menyuarakan orisinalitas suara hati dan diplomasi melalui kisah. Bilik Sastra perlu diapresiasi sebab menjadi momentum dan fasilitator untuk menggalakkan sastra migran. 

“Ke depan, sastra migran harus terus dikembangkan agar menjadi genre baru kesusastraan Indonesia,” tegas Syarifudin Yunus yang mewakili Dewan Juri Bilik Sastra VOI Award 2014 (Syarifudin Yunus, Irwan Kelana dan Pipiet Senja).

Cecep Syamsul Hari mengemukakan, para penulis yang tinggal di luar negeri (perantau) mempunyai elemen khas yang tidak dimiliki penulis yang tinggal di dalam negeri. “Kondisi khusus itu merupakan bahan untuk menulis. Yang diperlukan adalah trigger,” ujarnya.

 

Menurutnya, para penulis Indonesia di luar negeri adalah duta-duta kultural yang perlu diapresiasi. “Para penulis itu melakukan diplomasi budaya melalui sastra migran,” tutur Cecep.

Setelah itu, panitia menggelar satu lagi diskusi sastra yang menampilkan para pembicara: Syarifudin Yunus, Pipiet Senja, Putri Rezeki Rahayu, dan Dwitra Zaky. Diskusi tersebut melibatkan para mahasiswa dari Universitas Indraprasta  (Unindra).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement