REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Investor Indoneia menunjukkan optimistis yang tinggi tentang rencana pensiun, namun baru 43 persen masyarakat yang sudah mempersiapkan masa pensiunnya, kata Chief of Employee Benefits Aurani Jiwa Manulife Indonesia (AJMI) Nur Hasan Kurniawan di Bandung, Rabu (5/11).
"Lebih dari tiga perempat investor optimistis dapat mempertahankan gaya hidup saat masa pensiun dan memiliki pandangan terhadap pasar investasi, namuan kenyataanya baru 43 persen masyarakat yang udah menyiapkan masa pensiunnya," kata Nur Hasan Kurniadan dalam diskusi asuransi pensiun.
Berdasarkan survei investor sentimen yang dilakukan oleh perusahaan asuransi itu, sebanyak 34 persen uang yang mereka simpan untuk tabungan pensiun dalam bentuk tabungan dan deposito bank yang memberikan imbalhasil yang relatif kecil.
Menurut dia optimistis semu itu diperkirakan akan terus mengemuka bila derajat melek keuangan masyarakat tidak segera ditingkatkan dan investor masih enggan menggunakan lebih banyak kendaran investasi yang tersedia di pasar.
"Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap responden menunjukkan, sekitar 97 peren yakni akan memiliki penghasilan pasca pensiun dari berbagai sumber yang bernilai setara dengan 84 persen penghasilan mereka saat ini" kata Ketua Eksekutif Harian Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia itu.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Nanang itu menyebutkan optimisti itu tidak memiliki dasar yang kuat. Ia berharap tabungan akan menyumbang paling tidak 26 peren dari anggaran pensiun mereka.
Penghasilan dari pekerjaan pascapensiun juga menjadi opsi sumber daya dengan kontribusi sebesar 18 persen, ada juga responden menunjukkan sumber lainya dari warisan 10 persen.
Padahal, menurut dia sumber dana itu dipengaruhi banyak faktor seperti tabungan yang sudah direncanakan bisa jadi tidak bisa menaklukan laju inflasi atau bahkan kehilangan nilainya karena tergerus inflasi.
Nilainya bisa tergerus inflasi, sedangkan bekerja di usia tua bukan hal mudah karena kesehatan atau kondisi industri yang berubah, warisan juga tidak pasti.
"Masyarakat sepertinya terlalu mengandalkan sumber-sumber pendanaan yang tidak pasti untuk membiayai hidup mereka di hari tua," katanya.