REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemkab Cianjur, Jabar, menyediakan ruangan isolasi khusus di RSUD Cianjur bagi warga yang terjangkit Ebola, sedangkan untuk antisipasi virus mematikan tersebut, pemerintah akan melakukan pemeriksaan terhadap pekerja dari luar negeri khususnya yang bekerja di Afrika.
Wakil Bupati Cianjur, Suranto, di Cianjur, Selasa (4/11), menjelaskan, meskipun belum ada indikasi warga Cianjur yang pulang bekerja dari luar negeri terjangkit virus mematikan tersebut. "Kami sudah sediakan ruang isolasi atau ruangan khusus kalau ada penderita dengan gejala ebola," katanya.
Menurut dia, penyebaran penyakit ebola di Cianjur, sangat jauh kemungkinannya sebab penyakit tersebut penularannya melalui darah dan yang berhubungan dengan orang yang bekerja di luar negeri, terutama di negara Afrika.
"Di Cianjur sendiri saya pikir tidak terlalu mengkhawatirkan. Tapi orang yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT), terutama yang pernah bekerja di Afrika perlu diantisipasi," katanya.
Dia menuturkan, penularan ebola melalui darah dari Si penderita mirip penyebaran virus HIV/AIDS dan memalui kontak secara langsung, sedangkan berbincang dan bersentuhan kulit tidak akan terjangkit.
"Seperti dugaan penderita ebola di Madiun. Ternyata hasilnya negatif setelah dilakukan pemeriksaan dari Kementerian Kesehatan RI," katanya.
Dia menjelaskan, gejala yang ditimbulkan penderita ebola mirip demam berdarah, dimana penderita akan merasakan demam tinggi dan pendarahan karena faktor gangguan pada pembuluh darah. Jika terjangkit, lanjut dia, pembuluh darah mudah pecah dan kalau sudah keluar darah akan keluar terus dan tidak mau berhenti.
"Darah akan keluar di kulit, hidung dan mulut, sedangkan gejalannya demam tinggi. Untuk pengobatan biasanya hanya dilakukan isolasi karena penyakit yang diderita berupa virus. Angka kematiannya sangat tinggi kalau yang sudah terjangkit, di Afrika sudah puluhan ribu yang meninggal," katanya.