Senin 03 Nov 2014 18:00 WIB

Penerbit Buku Indonesia Harus 'Go International'

Rep: c 78/ Red: Indah Wulandari
Buku mengenai pemahaman pesantren ditawarkan saat Halaqah dan Refleksi,Jakarta, Rabu (20/8). diskusi membahas
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Buku mengenai pemahaman pesantren ditawarkan saat Halaqah dan Refleksi,Jakarta, Rabu (20/8). diskusi membahas "Kebudayaan Pesantren (Islam Nusantara). Foto: Tahta Aidilla/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Penerbit buku  di Indonesia harus berani merambah pasar Internasional menjual hak cipta. Sebab selama ini, penerbit Indonesia masih berkutat ditahap membeli hak cipta buku-buku asing, lalu diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.

“Jangan jadi pemain lokal saja, sudah banyak buku Indonesia yang diminati di luar negeri, ini yang perlu terus digali,” kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi, Senin (3/11).

Anggota Ikapi, menurutnya, mencapai 1.240 penerbit, namun masih sedikit yang melirik potensi pasar internasional. Itu sebabnya, buku atau literatur Indonesia belum cukup dikenal oleh masyarakat dunia. 

Makanya, ia berupaya memotivasi penulis dan penerbit agar bergerak ke arah tersebut dengan tetap meningkatkan kualitas produk agar mengagumkan dunia Interasional. Salah satunya dengan menggelar Indonesia International Book Fair pada 1-9 November.

Selain itu, keikutsertaan Indonesia dalam ajang Frankfurt Book Fair (FBF) 2014 menggenapkan langkah penerbit indonesia di ajang Internasional.

Sejumlah buku karya anak bangsa, lanjut dia, sebenarnya sudah diterbitkan oleh penerbit luar negeri yakni Jerman, namun masih untuk kalangan terbatas.

“Ada sekitar 30-40 judul buku Indonesia yang diterbitkan dalam bahasa Jerman,” ujarnya.

Buku tersebut di antaranya karya Ayu Utami dan Mochtar Lubis. Sementara buku terbaru yang diterbitkankan penerbit Jerman berjudul Amba, karya Laksmi Pamuntjak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement