Senin 03 Nov 2014 09:45 WIB

Ternyata La Nina Membawa Pengaruh Positif Bagi Pertanian NTT

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL. Awan mendung menaungi kota Jakarta, Rabu (16/3). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan hampir 43 persen cuaca sekarang dipengaruhi pemanasan global dan selebihnya faktor alam seperti La Nina dan El Nino.
Foto: ANTARA/Rosa Panggabean
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL. Awan mendung menaungi kota Jakarta, Rabu (16/3). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan hampir 43 persen cuaca sekarang dipengaruhi pemanasan global dan selebihnya faktor alam seperti La Nina dan El Nino.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat Pertanian Agribisnis Leta Rafael Levis, secara historis periode El Nino terjadi lebih sering dibanding La Nina di Indonesia khususnya Nusa Tenggara Timur. Dimana terjadi pada 1991, 1992, 1993, 1994, 1997/1998 dan 2007.

Dosen pada Fakultas Pertanian Undana Kupang itu mengatakan dengan tipe curah hujan moonsonal (memiliki satu puncak hujan) itu, NTT tidak luput dari fenomena ini. Normalnya musim kemarau berlangsung cukup lama hingga delapan bulan, sementara rata-rata musim hujan berlangsung selama 4 bulan (Desember - Maret).

Bahkan pada 2010 dan 2011, NTT mengalami musim kemarau yang lebih basah dibanding tahun normal. Meskipun intensitas hujan tidak sebesar peningkatan di daerah lain yang menimbulkan banjir.

Pola musim seperti ini di NTT dipengaruhi oleh angin kering dari Australia menyebabkan konvergensi awan tidak seintens wilayah Indonesia yang lain.

Pertanian di NTT merupakan sektor paling rentan terhadap risiko iklim ekstrim. Pada kondisi sangat ekstrim.

La Nina juga menyebabkan kerusakan tanaman akibat banjir dan meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit. Selain itu La Nina juga meningkatkan kelembaban dan curah hujan tinggi yang disukai oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Pada daerah rawan banjir, kehadiran La Nina menyebabkan gagal panen akibat terendamnya tanaman.

Pengaruh kelebihan air terhadap tanaman akan lebih sensitif pada tanaman muda dibandingkan tanaman dewasa. Sehingga tingkat kerentanan terhadap La Nina juga tergantung pada saat kejadiannya, apakah anomali iklim terjadi pada fase awal perkembangan tanaman atau pada tahap dewasa.

Meskipun memiliki sisi negatif, kehadiran La Nina secara keseluruhan berdampak positif bagi sektor pertanian NTT. Peningkatan produktivitas tanaman dan perluasan area panen tercatat setiap kejadian La Nina.

Ia menambahkan Periode La Nina pada 1998/1999, 2000 dan 2007/2008 menyebabkan rata-rata produktivitas padi meningkat hampir 12 persen, sementara produktivitas jagung mengalami peningkatan hingga 11 persen. Penambahan luas panen yang cukup nyata terjadi pada pertanaman padi 16 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement