Senin 03 Nov 2014 07:36 WIB

Ada Rencana Acara di Monas Dibatasi Dua Kali Sebulan

Rep: c07/ Red: Agung Sasongko
Peserta menggunakan kostum karakter pada saat kegiatan Cosplay Jakarta Parade di Silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Ahad (2/11). Kegiatan yang menampilkan menampilkan sejumlah karakter dalam negeri, diantaranya Carok, Gatot Kaca, Gundala Putra
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Peserta menggunakan kostum karakter pada saat kegiatan Cosplay Jakarta Parade di Silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Ahad (2/11). Kegiatan yang menampilkan menampilkan sejumlah karakter dalam negeri, diantaranya Carok, Gatot Kaca, Gundala Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Pengelola Monumen Nasional (UP Monas) berencana membatasi penyelenggaraan acara yang berlokasi di Monas dua kali sebulan. Rencana ini diharapkan membuat kawasan Monas lebih tertata.

"Yang penting mengurangi PKL nya dulu, misalnya nanti sudah tertata rapi, kembali lagi tanpa pembatasan ya tidak apa-apa," ucap Kepala UP Monas, Rini Hariyani saat dihubungi ROL, Senin (3/11).

Ia menambahkan, meskipun ada pembatasan acara setiap bulannya. Kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas masih boleh dilakukan di Kawasan Monas seperti kegiatan kenegaraan atau kegiatan Pemprov DKI. Dia mencontohkan kegiatan yang rutin masih boleh dilakukan seperti apel yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

"Kalau kegiatan yang lain kita akan memperhitungkan urgensi kegiatan ini. Karena kegiatan ini sudah diprogramkan dan sudah sepengetahuan dan sepersetujuan pimpinan atas," imbuhnya.

Salah satu PKL di Kawasan Monas, Rojiman (45) mengaku tak setuju dengan pembatasan acara di Monas. Terlebih cara seperti itu dilakukan untuk mengusir para pedagang. "Harusnya pihak pengelola memberikan kami ruang untuk mencari makan, disediaiin tempat buat jualan kek, ini malah diusir secara perlahan," kata dia.

Robby (23), salah satu pengunjung juga tidak setuju dengan pembatasan acara di Monas. Menurutnya Monas merupakan salah satu lambang dan kebanggaan masyarakat Jakarta, sehingga segala kegiatan memang selayaknya berpusat di Monas.

"Kalau dibatasi karena hanya kewalahan menghadapi PKL aja, terus gunanya Satpol PP dan Polisi apa sih? Kan ada penegak hukum. Monas itu, menurut saya lokasi yang paling bagus untuk diselenggarakan sebuah acara budaya. Kalau dibatasi, ya warga Jakarta jadi gak terhibur dong," ujarnya.

Ia kembali menuturkan, apabila tahun depan benar adanya dibatasi, ia mengaku kecewa sebagai warga asli Jakarta. Pria yang tinggal di Kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini mengatakan akan lebih baik Monas hanya dibatasi jam kunjungannya.

Selain itu, lanjut Robby, salah satu penyebab maraknya PKL adalah pagar monas yang sudah tidak layak. Banyak pagar yang sudah rusak dan dijadikan jalan masuk para PKL. "Gimana enggak mau banyak PKL, pagarnya saja sudah rusak dan bolong-bolong," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement