Ahad 02 Nov 2014 20:56 WIB

Warga Diimbau Waspada Terhadap Lahar Dingin Gunung Slamet

Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9)..   (foto : Idhad Zakaria)
Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9).. (foto : Idhad Zakaria)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghimbau kepada masyarakat yang berada di perbatasan Kabupaten Pemalang, Purwokerto dan Tegal, Jawa Tengah untuk mewaspadai lahar dingin Gunung Slamet.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet Gambuhan, Sudrajat mengatakan bahwa mendekati musim hujan dimungkinkan Gunung Slamet akan mengeluarkan meterial vulkanik. "Oleh karena, warga yang berada di sekitar lereng Gunung Slamet waspada terhadap turunnya air hujan yang kemungkinan bisa membawa material vulkanik," katanya, Ahad (2/10).

Ia melanjutkan, PVMBG telah memetakan sejumlah daerah yang rawan terjadinya lahar dingin, antara lain sekitar aliran Kali Gung.

"Kami mengimbau warga di sekitar Kali Gung, sebaiknya tidak beraktivitas saat hujan deras. Selain membawa material vulkanik yang mungkin longsor, air hujan juga bisa menimbulkan banjir lahar dingin," jelasnya.

Sudrajat mengatakan PVMBG sudah berkoordinasi pada badan penanggulangan bencana daerah yang berada di masing-masing perbatasan Gunung Slamet untuk memberikan peringatan dini pada warganya.

Meski aktivitas vulkanik Gunung Slamet secara visual, kata dia, terpantau cenderung menurun tetapi sampai saat ini statusnya masih belum berubah yaitu pada level Siaga. "Pada Sabtu lalu (1/11) aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih terjadi dan sifatnya masih tinggi," katanya.

Ia mengatakan meski di puncak Gunung Slamet terpantau terlihat asap putih tebal tetapi warga dilarang beraktivitas pada radius empat kilometer dari puncak gunung itu.

"Aktivitas masyarakat sekitar Gunung Slamet masih berjalan seperti biasa, termasuk para petani. Kami melakukan pemantauan selama 24 jam agar bisa menginformasikan perkembangan terbaru, terutama pada masyarakat sekitar Gunung Slamet," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement