Ahad 02 Nov 2014 13:55 WIB

NU Dukung Rencana Kenaikan BBM

Rep: Antara/ Red: Indah Wulandari
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj saat menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2014 di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (1/11).
Foto: Republika/Prayogi/ca
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj saat menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2014 di Kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Subsidi BBM sangat berat membebani APBN, lebih baik subsidi dialihkan untuk hal produktif dan tepat sasaran," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj usai penutupan Munas dan Konbes NU, Ahad (2/11).

Menurut Said Aqil, anggaran yang dikeluarkan untuk subsidi BBM yang mencapai Rp 400 triliun lebih baik digunakan untuk membiayai program yang langsung bermanfaat bagi rakyat kecil yang membutuhkan, seperti petani dan nelayan.

"Daripada dibakar di jalan jadi asap," kata Said Aqil.

PBNU, kata Said Aqil, sangat menyadari bahwa mendukung kenaikan harga BBM sama tidak populernya dengan keputusan pemerintah mengurangi subsidi BBM. Namun, lanjut dia, sikap itu harus diambil demi kepentingan yang lebih luas.

"Kita harus berpikir dewasa, matang. Kita tahu betapa berat beban APBN. Anggaran Rp 400 triliun itu lebih bermanfaat untuk membangun, untuk memberdayakan masyarakat miskin," katanya.

Hanya, PBNU meminta pemerintah mengalokasikan dengan jelas pengalihan subsidi BBM, benar-benar untuk hal yang riil, dan melaksanakannya dengan amanah.

"Pengalihan harus jelas dan betul-betul sampai dan menyentuh orang miskin. Kalau ada manipulasi, kita akan kritik," kata Said Aqil.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyiratkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebelum Januari 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement