REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan menolak kenaikan rencana harga bahan bakar minyak berapa pun nilainya. Karena kenaikan itu bisa menambah beban kebutuhan hidup, khususnya bagi buruh.
"Buruh sudah terpukul sebelumnya dengan naiknya harga listrik dan gas elpiji. Apalagi ditambah dengan naiknya harga BBM," katanya, Sabtu (1/11).
Said menjelaskan, BBM tidak termasuk dalam 60 barang kebutuhan hidup layak (KHL). Kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar tiga ribu rupiah juga dipastikan akan membuat daya beli buruh turun hingga 50 persen.
Karena kenaikan harga BBM dipastikan membuat setidaknya 50 barang di KHL juga ikut naik. Seperti ongkos transportasi, sewa rumah, biaya makan dan sembilan bahan pokok.
Said menambahkan, ada sekitar 86 juta pengguna sepeda motor, mayoritasnya buruh, yang akan terkena dampak atas kenaikan harga BBM.
"Buruh yang bisa mencicil motor dan mobil keren adalah buruh berstatus pengawas senior di perusahaan padat karya. Seperti pertambangan, otomotif, bank dan lain-lain. Jumlahnya pun, kurang dari 0,1 persen dari total buruh seluruh Indonesia," ujarnya.
Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla berencana untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal November ini sebesar tiga ribu rupiah.