REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, keberadaan Pertamina Energy Trading Limited atau Petral akan tetap dipertahankan, karena merupakan instrumen strategis untuk kemandirian energi.
"Tidak harus dibubarkan. Hanya saja, pengawasannya mesti sepenuhnya ada di tangan orang yang benar-benar berpihak pada kepentingan negara. Itu harus kita cek lebih jauh," katanya menjawab pertanyaan mengenai pembubaran Petral dalam suatu diskusi di Jakarta, Sabtu. (1/11).
Ia juga berpandangan, kedudukan Petral sudah tepat tetap berada di Singapura.
"Pengawasan tidak tergantung lokasi kantor. Sekarang ini, kondisi geografis tidak menjadi masalah. Banyak perusahaan, termasuk AS juga berkantor di Singapura," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan instrumen "trading" migas di luar negeri seperti Petral yang mempunyai fleksibilitas, kemampuan kredit besar, dan terdaftar dalam pasar internasional.
"Yang keliru adalah kalau instrumen itu dimanfaatkan secara salah. Itu yang harus ditata kembali," tukasnya.
Sudirman juga mengatakan, selain pengawasan, persoalan Petral tidak terlepas dari komitmen pemimpin negaranya, sebab energi terkait politik.
"Saya sudah berdiskusi tiga kali dengan Presiden Joko Widodo, dan saya dapat konfirmasi bahwa kita serius benahi energi," ujarnya.
Dengan pengawasan yang baik mulai dari Pertamina sampai ke pemimpin negara, lanjutnya, maka diyakini Petral dapat menjadi instrumen strategis bagi kemandirian energi.
Sebelumnya, mantan Deputi Tim Transisi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla Hasto Kristiyanto mengatakan, terkait perbaikan tata kelola migas agar sesuai UUD Pasal 33 Ayat 3, salah satu rencana aksi yang diusulkan kelompok kerja adalah pembubaran Petral dan mengalihkan fungsi dan kantornya ke Pertamina selaku induk usaha di Jakarta.
Alasannya, agar lebih mudah dalam pengawasannya.
Petral merupakan anak perusahaan yang 100 persen sahamnya dimiliki Pertamina, dan berperan sebagai kepanjangan tangan dalam impor minyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perusahaan didirikan di Hong Kong dan melalui melalui anak perusahaannya, Pertamina Energy Service (PES), berkedudukan dan melakukan aktivitas di Singapura sebagai salah satu pusat perdagangan minyak dunia.
Pada 2013, Petral mengimpor minyak mentah sebanyak 327 ribu barel per hari atau meningkat 24 persen dari 2012 sebesar 264.390 barel per hari.
Indikator keuangan Petral pada 2012 terlihat pendapatan usaha 33,35 miliar dolar AS, beban pokok 33,291 miliar dolar, beban usaha 14 juta dolar, laba usaha 45 juta dolar, laba bersih 43 juta dolar, aset 3,418 miliar dolar, kewajiban 3,152 miliar dolar, dan ekuitas 266 juta dolar AS.
Sementara pada 2013, pendapatan usaha 33,292 miliar dolar, beban pokok 33,229 miliar dolar, beban usaha 17 juta dolar, laba usaha 46 juta dolar, laba bersih 46 juta dolar, aset 3,557 miliar dolar, kewajiban 3,313 miliar dolar, dan ekuitas 244 juta dolar AS.