REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Pemerintah Kota (pemkot) Malang akan potong pajak investor. Investor yang bersedia menanamkan sahamnya di Kota Malang akan mendapatkan pengurangan pajak dan retribusi. Pemkot juga menjanjikan akan mempermudah perizinan serta memberikan bantuan infrastruktur.
”Pemberian insentif disesuaikan usahanya. Kalau investor bergerak di bidang transportasi masal, insentifnya bisa berupa bantuan infrastruktur,” ujar Kabag Kerjasama dan Penanaman Modal Kota Malang Erik Setyo Santoso, (31/10).
Ada syarat yang harus dipenuhi oleh investor untuk mendapatkan insentif. Investor harus bisa menyerap lapangan kerja baru dan ramah lingkungan. Agar mempunyai kekuatan hukum kebijakan pemberian insentif pengusaha ini dimasukkan kedalam draf Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal.
Erik mengatakan program pemberian insentif ini pertama kalinya di Kota Malang. Sebelumnya, pemkot tidak pernah memberikan insentif pada pengusaha yang berjasa kepada pembangunan kota.
Erik yakin dengan pemberian insentif ini akan banyak pengusaha yang menginvestasikan modalnya di Malang. Dengan begitu penghasilan yang masuk ke kas daerah (kasda) juga semakin besar.
Erik belum mendata jumlah pengusaha di Kota Malang. Termasuk total nilai investasinya. Namun, kontribusi pengusaha dari hasil penyewaan aset pemkot terus meningkat. Tahun 2012 lalu, uang masuk kasda Rp 2 miliar. Tahun 2013 bertambah menjadi Rp 3,5 miliar dan Januari hingga Oktober 2014 ini mencapai Rp 4,2 miliar.
Pemkot juga mewajibkan pengusaha membuat laporan kegiatan penanaman modal (LKPM). Melalui laporan tersebut, pemkot bisa mengukur berapa nilai investasi pengusaha di Kota Malang.
Termasuk total penghasilannya. Baik dari penyewaan aset milik pemkot maupun investor yang menggunakan lahannya sendiri. Dengan demikian, dia bisa memantau perkembangan usaha satu per satu. ”Saat ini, kami belum bisa memantau satu per satu,” kata Erik.
Sebelumnya, asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jatim Hadi Prasetyo mengatakan wilayah Malang Raya, khususnya Kota Malang, bisa menjadi poros alternatif pintu masuk bagi perdagangan internasional, terutama untuk kawasan ASEAN.
"Walaupun wilayah Malang Raya ini tidak memiliki pelabuhan besar, tapi layak dijadikan proyek percontohan perdagangan bebas di kawasan ASEAN karena wilayah ini memiliki potensi dan kekuatan ekonomi luar biasa dibandingkan dengan daerah lain di Jatim," kata Hadi Prasetyo dalam pembukaan acara "Pesta Rakyat dan Pentas Seni Jatim 2014" di Stadion luar Gajayana Malang, Rabu malam (29/10) lalu.
Ia mengemukakan meski Malang Raya tidak memiliki pelabuhan laut, seperti Surabaya, namun Malang memiliki bandara yang bisa dikoneksikan dengan wilayah lain di Indonesia, bahkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN.
Hadi mengatakan melihat angka pertumbuhan ekonomi maka sudah Malang Raya dapat dilibatkan secara penuh menjadi pintu masuk alternatif perdagangan internasional dan Indonesia Timur.
Hadi Prasetyo menambahkan Jatim menyumbang 40% pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga pertumbuhan ekonomi Jatim memiliki pengaruh yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Jika pertumbuhan ekonomi di Jatim rendah, secara nasional juga akan rendah, demikian sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi Jatim tinggi secara nasional pun juga akan tinggi.
Sementara tingginya pertumbuhan ekonomi di Jatim yang pada semester pertama 2014 mencapai 6,17 persen, katanya, tidak lepas dari peran wilayah Malang raya yang pertumbuhan ekonominya juga tinggi, yakni sekitar tujuh persen.
"Oleh karena itu, sudah sewajarnya kalau Malang raya ini menjadi pintu gerbang alternatif bagi Jatim," ujarnya.