REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Rencana Presiden Jokowi untuk menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ditanggapi dingin sejumlah masyarakat di Denpasar, Bali.
"Kami bisa apa. Apa mau melawan. Kami pasrah saja," kata Farid Allow, Kamis (30/10).
Farid mengaku bahwa isu kenaikan harga BBM bersubsidi mengganggu kelancaran bisnisnya sebagai makelar tanah. Sejumlah transaksi yang seharusnya dilaksanakan pertengahan Oktober ini ikut tertunda.
"Baik pembeli tahanya, maupun penjualnya, sama-sama memilih bersifat menunggu, seperti apa dampak kenaikan harga BBM," kata Farid.
Warga lainnya, Nyoman Seputra mengaku sangat khawatir terhadap dampak kenaikan BBM. Pengusaha roti itu menyebutkan, kalau hampir enam bulan terakhir kegiatan produksinya sedikit terganggu, lantaran harga bahan baku yang terus naik mengikuti kenaikan harga dolar.
"Dapat dipastikan, kalau BBM naik, pastilah harga-harga akan ikut naik pula, karena biaya transportasi yang pasti naik," katanya.
Pengusaha pengemasan kacang goreng Sobirin ikut memastikan, rencana Jokowi tersebut membuat harga bahan baku meroket naik.
"Biasanya kami yang menerima akibatnya. Menaikkan harga ditinggal pembeli, tapi kalau dinaikkan biaya produksi sudah naik," katanya.