REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA—Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebelum 1 Januari 2015 meresehkan para pengemudi taksi di Surabaya. Tanpa kenaikan harga BBM sekalipun, para supir taksi mengaku sudah kepayahan terhimpit berbagai kebutuhan ekonomi.
“Kalau BBM naik, tarif argo naik, target dari perusahaan juga naik. Perusahaan enggak mau tahu, sopir yang kelimpungan,” ujar salah seorang pengemudi taksi Soleh, Kamis (30/10).
Soleh menjelaskan, para supir di perusahaannya ditarget pendapatan Rp 525 ribu dalam sehari. Dari jumlah tersebut, menurut Soleh, para supir hannya mendapatkan bagian 10 persen saja.
“Nyari Rp 500 ribu saja susahnya minta ampun, kami kadang kerja sampai 18 jam sehari, ya istirahat di dalam mobil. Kadang kami enggak dapat penghasilan,” kata Soleh yang sehari-hari mangkal di Jalan Ketintang Surabaya.
Rekan Soleh, Yudi, juga mengeluhkan hal yang sama. Seperti kenaikan BBM yang lalu-lalu, menurut Yudi, harga berbagai kebutuhan pokok juga ikut melonjak.
“Apa-apa naik, penghasilan belum tentu naik. Kami ini kerja belum tentu dapat uang. Nyari muatan semakin susah,” ujar Yudi dengan nada putus asa.
Yudi mengaku paham dengan kondisi keuangan negara yang dikabarkan akan jeblok jika BBM tidak dinaikkan. Sebagai pendukung Presiden Joko Widodo, dia bisa merasakan posisi dilematis pemerintah.
Meski begitu, Yudi berharap pemerintah bisa mencarikan solusi agar rakyat kecil seperti dirinya tidak semakin terjepit akibat kenaikan harga BBM.