REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mengoptimalkan Early Warning System (EWS) untuk bencana banjir lahar hujan.
Hal tersebut sebagai upaya peningkatan kewaspadaan terhadap ancaman banjir lahar hujan disekitar aliran sungai yang rawan.
Heru Saptono, Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman mengatakan, terdapat delapan EWS yang sudah terpasang di sungai yang dilewati aliran material gunung Merapi. Pemasangan EWS sudah dilakukan sejak tahun 2012.
"Pemasangan disesuaikan dengan wilayah kerawanan," ujar Saptono, Rabu (29/10) kepada wartawan.
Menurut Saptono, EWS dioprasikan oleh relawan secara manual. Namun, BPBD tidak hanya berpatokan terhadap EWS. Akan tetapi, koordinasi secara intensif dengan petugas di lapangan agar selalu mengamati aliran banjir lahar hujan selalu dilakukan. Terlebih, kata Saptono, menjelang datangnya musim penghujan.
Dikatakan Saptono, karakter banjir lahar hujan terjadi secara bertahap. Karena itu, para petugas di lapangan perlu untuk melakukan pengamata secara visual. Selain itu, memberikan tanda bahaya kepada masyarakat sekitar aliran sungai juga harus dilakukan.
Saptono menjelaskan, terdapat tiga bentuk peringatan yaitu siaga tiga, dua dan satu. Masing-masing peringatan harus melalui pengamatan visual. Tujuannya agar tidak membuat penik warga ketika bencana banjir lahar hujan datang.
Edukasi bencana lahar hujan menurut Saptono juga sangat penting. Hal itu peniting untuk menjadikan masyarakat tanggu terhadap dampak bencana lahar hujan.
Sebelumnya diketahui 70 juta meter kubik material vulkanik masih terdapat di puncak gunung Merapi. Sehingga, hal tersebut menjadi ancaman bagi warga disekitar alirang sungai yang menjadi jalur banjir lahar hujan saat musim penghujan datang.