REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN—Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kabupaten Sleman, Untoro Budiharjo mengatakan, jumlah pencari kerja di Sleman belum sepenuhnya terserap. Menurut Untoro, berdasarkan data terakhir pusat statistik pada tahun 2013 jumlah pencari kerja sebesar 6.815 ribu orang. Sementara hanya sebesar 4. 501 ribu orang yang tertampung.
Untoro menjelaskan, sebanyak 2.500 lebih pencari kerja terserap di industri pengolahan. Sedangkan, sekitar 1.203 ribu orang terserap di sekor perdagangan besar, rumah makan dan Hotel.
Angka pengangguran di Sleman diakui Untoro merupakan yang tertinggi di antara kabupaten/kota lainnya di Yogyakarta. Namun, Untoro menilai hal tersebut wajar karena penduduk di Sleman juga tinggi.
“Lihat saja hampir semua kampus ada di Sleman,” ujar Untoro, Rabu (29/10) saat ditemui wartawan di ruang kerjanya.
Oleh karena itu, angka pengangguran di Sleman, lanjut Untoro, didominasi oleh lulusan S1. Pasalnya, lapangan kerja untuk posisi lulusan S1 cukup ketat dan sedikit. Sementara setiap tahunnya perguruan tinggi negeri maupun swasta di Sleman meluluskan ribuan mahasiswanya.
Lebih lanjut, Untoro menjelaskan, Disnakersos Sleman memiliki pendataan sendiri terkait angka penceri kerja. Hasil yang didapatkan pun terdapat perbedaan namun, kata Untoro, tidak signifikan.
Dalam data internal Disnakersos angka pencari kerja dari tahun 2011-2013 terus meningkat. Pada tahun 2011 pencari kerja lulusan S1 sebanyak 763 orang. Sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 2857 orang. “Untuk 2013 juga meningkat 5808 orang,” katanya.
Menurut Untoro, justru lulusan SMA banyak yang tertampung. Sebab, lapangan pekerjaan banyak yang membutuhkan para pekerja teknis yang banyak didapatkan dari lulusan SMA.
Selain itu, tingginya angka pengangguran di Slema dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Yogyakarta karena Yogyakarta, khususnya Slema bukan kota Industri. Karena itu, Untoro menegaskan, alasan tersebut menjadi wajar apabila angka pencari kerja banyak tidak terserap.