REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dinilai tidak mengikutsertakan kader Muhammadiyah dalam komposisi menteri-menterinya di Kabinet Kerja. Hal ini kemudian menimbulkan protes dari berbagai pihak, terutama dari kalangan Muhammadiyah sendiri.
Namun Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Edy Kuscahyanto mengatakan sebenarnya ada "nama" Muhammadiyah dalam Kabinet Kerja.
"Wakil resmi Muhammadiyah adalah Menkes Prof. Nila Moeloek," jelas Edy dalam keterangan yang diterima Republika, Selasa (28/10).
Edy menambahkan, Presiden Joko Widodo sempat memanggil Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin pada Ahad (19/10) lalu untuk meminta calon Menteri Kesehatan dari Muhammadiyah. Pada malam sebelum Jokowi dilantik tersebut, Din dimintai pertimbangan terkait wakil dari Muhammadiyah.
"Maka dengan rekomendasi Ketua Umum PP Aisyiah diusulkan Prof. Nila Moeloek," lanjut Edy.
Nila dinilai dekat dengan Muhammadiyah dan Aisyiah. Selain itu Nila juga berasal dari keluarga Muhammadiyah. Mertuanya, Abdoel Moeloek juga merupakan tokoh Muhamamdiyah di Lampung.
Pengajuan nama Nila Moeloek juga telah diberikan oleh Megawati Soekarnoputri. "Ibu Megawati menerima calon Muhammadiyah tersebut," ujar Edy.
Memang Muhammadiyah, Edy menambahkan, selain dianggap menjadi gerakan pendidikan nasional, juga menjadi gerakan pelayanan kesehatan nasional. Sehingga permintaan Jokowi untuk mengajukan menkes dari Muhammadiyah dianggap relevan.
Selain Nila Moeloek, dalam kabinet kerja juga didapati beberapa nama yang memiliki ikatan dengan Muhammadiyah.
"Ada tiga menteri yang memiliki akar social dan identifikasi diri dari Muhammadiyah," ungkap Edy.
Ketiga menteri yang dekat dengan Muhammadiyah tersebut adalah Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Anies Baswedan. Ketiganya disebut Edy masuk dalam keluarga besar Muhammadiyah.