Ahad 26 Oct 2014 13:34 WIB

1 Muharam, Warga Gelar Cihideung Festival

Rep: c63/ Red: Joko Sadewo
   Sesepuh desa memimpin doa di sumber mata air  pada 'Cihideung Festival 2013' di Desa Wisata Bunga Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (3/11).  (Republika/Edi Yusuf)
Sesepuh desa memimpin doa di sumber mata air pada 'Cihideung Festival 2013' di Desa Wisata Bunga Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (3/11). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG—Rutin setiap tahun masyarakat desa Cihideung menggelar syukuran terhadap sumber mata air yang mengalir di desa mereka. Tahun ini, tepat pada peringatan tahun baru Hijriah, masyarakat kembali menggelar serangkaian ritual mata air dalam Cihideung Festival.

Cihideung Festival ini digelar sebagai bentuk wujud syukur masyarakat Cihideung yang dilalui sumber mata air Irung-Irung. Pasalnya, dua mata air yang berada di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat ini terus memancar baik di saat musim hujan maupun kemarau.

“Ini adalah berkat Tuhan yang telah memberikan sumber air kepada masyarakat disini, berkat Tuhan itu kalau tidak dipelihara tentu bisa berakibat yang tidak bisa kita sangka,” kata Ais Pangaping atau Pembina acara tersebut Namu Muda, Sabtu (25/10).

Menurutnya, saat ini pembanguan perumahan dan bangunan-bangunan lainnya sering mengabaikan perlindungan lingkungan yang ada sekitarnya. Akibatnya, tak sedikit pula mata air yang tidak lagi mengeluarkan air karena rusaknya lingkungan. “Sudah mengancam, apalagi kalau tidak ada kepedulian lagi, baik masyarakat, pemerintah atau pengusaha terhadap lingkungan, akan mengancam wilayah Bandung Utara,” ujarnya.

Oleh karenanya, sebagai bentuk wujud syukur masyarakat Desa Cihideung terhadap dua mata air yang selama ini mengaliri desa yang terkenal dengan pertanian tanaman hiasnya tersebut, ritual syukuran rutin digelar. “Dalam bahasa lokalnya Hajasasih, berdoa bersama untuk kemakmuran masyarakat , kaitan dengan muharam, agar kita bisa membuka  kesucian di awal tahun,” ungkapnya.

Adapun rangkaian kegiatan tahunan itu yakni ritual Irung-Irung, helaran Sasapian, Ngajayak Kembang dan keseniaan Ketuk Tilu yang berlangsung dua hari sejak Sabtu 25-26 Oktober.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement