REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) yang monumental dan memiliki nilai sejarah tinggi diharapkan dapat menjadi warisan dunia atau Memory of the World (MoW).
"Kami berharap arsip KAA bisa menjadi warisan dunia," kata Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Mustari Irawan di Jakarta, Sabtu (25/10).
Dia menjelaskan, KAA juga menghasilkan sebuah karya monumental yakni Dasasila Bandung. "Begitu dahsyatnya pengaruh KAA dalam kehidupan internasional memberikan bukti nyata kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang patut diperhitungkan," katanya.
Di tengah riuhnya seruan revolusi mental, tambah dia, KAA juga berkontribusi bagi bangsa Indonesia. "Masyarakat dapat mengambil nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pelaksanaan KAA sebagai nilai yang diwariskan para pendahulu bangsa bagi generasi penerusnya," katanya.
ANRI, tambah dia, telah mengajukan arsip KAA sebagai warisan dunia Memory of the World ke UNESCO. "Arsip KAA telah diajukan ke UNESCO pada Maret lalu," katanya.
Dia menjelaskan, selama menanti hasil tersebut, ANRI menggelar kajian akademis dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD). "FGD digelar untuk menyelami dan menyebarluaskan nilai-nilai universal KAA yang harus dilestarikan," katanya.
ANRI, kata dia, bekerja sama dengan Komite MoW Indonesia menggandeng sejumlah pakar dalam menggagas FGD. "Diantaranya Prof. Dr.Ing. Wardiman Djojonegoro, Prof. Dr. Ir. Bambang Subiyanto, M.Agr, Prof. Arief Rachman, M.Pd, Dr. Mukhlis PaEni, dan pakar lainnya," kata dia.