REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rosyid (45 tahun) memberikan uang kembalian kepada pelanggannya, Reni Sari (27 tahun), seorang karyawati. Rosyid adalah penjual gorengan di bilangan Gambir, Jakarta Pusat. Waktu sore menjelang petang adalah momen yang dia nantikan setiap harinya. "Orang pada pulang kantor," ujarnya singkat.
Gorengan yang dia jual, tidak jauh-jauh dari tempe goreng, bakwan, tahu goreng, atau pisang goreng. Namun Reni tak sendiri.
Penduduk Jakarta dan kota-kota penunjang seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi ternyata memiliki tingkat konsumsi gorengan (makanan yang digoreng) dengan angka yang tinggi. Hal ini terungkap dari hasil survey yang dilakukan oleh Lila Muliani dari Sinarmas Agri (PT. Smart) terhadap 100 responden berusia 24 hingga 45 tahun yang tinggal di Jabodetabek.
"Dari sepuluh pilihan menu yang disodorkan, masakan yang digoreng masih paling favorit," ujar Lila Muliani dalam orasi ilmiah yang dia sampaikan. Sepuluh menu yang ditawarkan juga termasuk bebrapa jenis masakan yang berbahan dasar sayuran.
Dia juga menambahkan, hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat masih memilih makanan berat; seperti nasi uduk, nasi goreng, atau bubur; untuk menu sarapan mereka. Untuk menu gorengan, responden masih memfavoritkan ayam goreng, ikan goreng, tempe, dan tahu goreng. "46 persen dari mereka menyadari kalau minyak yang terkandung adalah sumber kolesterol," lanjut Lila.