REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembar-lembar kertas yang menjejali amplop itu bukan barang yang biasa bagi Wigia Desi Amalia. Siswi kelas 3 SMALB di SLB Negeri Purwakarta itu baru saja menuliskan surat dengan huruf braille kepada presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebelum surat tersebut dimasukkan ke dalam amplop, Wigia yang merupakan penyandang tuna netra terlebih dahulu membacakan isi yang termuat di dalamnya.
Dengan meraba huruf braille hasil tulisannya sendiri, Wigia mengisahkan seorang temannya yang bernasib sama seperti dirinya, penyandang disabilitas. Temannya bercita-cita ingin mengenyam pendidikan hingga tingkat yang setinggi-tingginya.
Ketika ingin kuliah, ia pun terbentur dengan masalah ekonomi serta diskriminasi yang membuat kesempatannya semakin kecil untuk merasakan bangku perkuliahan. Sarana yang disediakan untuk menjalani kuliah bagi para kaum difabel pun masih sangat minim.
"Bukan maksud kami menuntut namun setidaknya ada keadilan yang bisa kami terima," kata Wigia ketika membacakan salah satu petikan suratnya.
Wigia memiliki cita-cita untuk bisa merasakan bangku kuliah seperti siswa-siswa lainnya. Namun, Wigia mengaku belum berani menentukan pilihannya. Karena cita-cita tersebut sangat tinggi untuk diwujudkan.
"Permohonan saya kepada presiden yang baru, saya mengharapkan kesempatan dan perlakuan yang sama terhadap kami sebagai kaum difabel terutama dalam bidang pendidikan," kata Wigia.