Ahad 19 Oct 2014 00:13 WIB

Mudjiyono untuk Jokowi, Bangga Menjadi Kusir Presiden

Rep: Edy Setyoko/ Red: Julkifli Marbun
Joko Widodo di atas kereta kencana/ilustrasi (Republika/Yasin Habibi)
Joko Widodo di atas kereta kencana/ilustrasi (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tak ada firasat apapun pada diri Mudjiyono (43). Warga Gang Jambu VIII, Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan, Solo, Jateng, ini, jadi orang terpilih. Ia dipilih menjadi kusir Kereta Kencana yang akan bakal dinaiki Presiden Joko Widodo alias Jokowi (53) dari Gedung DPR/MPR menuju Istana Merdeka, usai pelantikan, Senin (20/10).

Pria yang pernah memperoleh gelar dari Keraton Kasunanan Surakarta, Mas Ngabehi Mudjiyono Prasetyo, juga tak kaget ketika seorang utusan Jokowi datang, menyampaikan pesanan jadi kusir. "Beliau memang langganan saya soal urusan kuda atau kereta," kata dia kepada Republika, Sabtu (18/10).

Jadi, ketika utusan Jokowi, H Anwar, dari Laweyan, Solo, menyampaikan pesanan menjadi kusir dianggap hal lumrah. Soalnya, ketika menjabat Walikota Solo, hampir setiap acara kirab budaya, pasti Mudjiyono diminta menjadi kusir. Demikian juga, ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta, ada kirab budaya, juga diminta lagi.

"Tapi, yang membuat saya bangga, kagum, trenyuh, ketika menjadi presiden masih dibutuhkan lagi. Tidak sembarangan orang dipercaya oleh seorang presiden menjadi kusir. Dan, yang saya kusiri itu presiden, orang nomor satu di Indonesia," tutur Mudjiyono penuh semangat.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai kusir andong ini masih menebar rasa bangga. "Alhamdulillah, saya bangga. Saya kewahyon, memperoleh anugerah dari Gusti Allah, dipilih seorang presiden menjadi kusir presiden. Beliau memang mencintai budaya, setiap ada kirab pasti melibatkan penunggang kuda, kereta kencana. Teman-teman seprofesi seperti saya, ternyata masih dibutuhkan".

Saat menjadi kusir nanti, Mudjiyono mengenakan busana kebesaran, laiknya kusir seorang raja. Kostum yang biasa dipakai kusir keraton, seperti warisan kolonial Belanda. Mengenakan baju warna merah berselempang, celana dan sepatu jokie, topi koboi. Dua orang pembantu pekatik, Heru dan Wahyu, nuntun kuda dengan jalan kaki. Kereta Kencana pertama bakal dinaiki Presiden RI bersama isteri.

Kereta Kencana kedua, di bawah kendali kusir Mas Ngabei Sunardi Prasetyo. Dia, di Solo juga sama-sama berprofesi sebagai kusir andong. Dua pekatik lain, Agung dan Dwi, juga menuntun disamping kuda penarik kereta yang ditumpangi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bersama isteri.

Keempat pekatik tersebut, juga seragam mirip pemain drum band.

Keenam personil yang berprofesi sebagai kusir kuda tersebut, tak membayangkan bakal mendapat bayaran berapa. Mudjiyono tidak mau terus terang. Ia hanya menjawab, "itu urusannya dengan juragan". Yang dimaksud juragan, H Anwar. Ia yang mendapat amanat dari Jokowi, agar menghubungi Mudjiyono dkk berangkat ke Jakarta menjadi kusir Presiden dan Wakil Presiden.

"Saya mendapat perintah dari Presiden, ya sendiko dawuh (siap melaksanakan perintah. Kalau soal bayaran, tidak pernah membayangkan nilai kurang dari presiden. Tapi, ada nilai yang paling berharga. Anugerah dari Yang Maha Kuasa, saya dipilih menjadi kusir presiden".

Enam rombongan berangkat ke Jakarta tersebut, bukan orang golongan berduit. Mereka berpikir berlipat, bagaimana supaya selama di Jakarta irit. Soalnya, hanya urusan ongkos makan saja, cukup mahal.

"Makanya, rombongan berangkat membawa bekal minum air mineral, kompor, minyak, beras, magig com, mie instan, panci, ceret," kata Wiji Winarni (40), adik kandung Mudjiyono. Mereka takut boros.

Rombongan berangkat ke Jakarta naik truk bersama empat ekor kuda, Jum'at (17/10) selepas Salat Isya. Mereka membuat tempat tidur dari kain digantung disela-sela kuda. "Ya, namanya kusir sudah biasa tidur bersama binatang piaraan kesayangan," katanya.

Truk bersama empat ekor kuda betina bernama -- Agustin, Setyoningrum, Arum Sari, dan Sri Kandi, Sabtu (18/10) pukul 12.00 WIB. Kuda Srikandi tengah bunting sembilan bulan. Sedang kuda Srikandi bunting dua bulan. Yang dipilih kuda betina, menurut Mudjiyono, gampang diatur dan dikendalikan. Kuda langsung dikandangkan di Pulau Mas. Keempat kuda blasteran Jawa Australia diturunkan, biar istirahat setelah melakukan perjalanan panjang.

Enam personil kusir dari 'Kelompok Stabelan Pajajaran' mempersiapkan menu kuda dari rumah. Ransum, seperti, rumput, daun kacang tanah atau rendeng, katul, brand, suplemen dan vitamin kuda, mineral, kalsium, telur bebek lengkap dengan jamu khusus kuda. Biar kondisi kuda tetap fits, malam dimasage, dipijat urut, dan dimandikan air hangat.

Mudjiyono bukanlah sosok orang kelas atas. Ia sehari-hari berprofesi sebagai kusir andong. Kadang menjadi buruh angkut kebutuhan dapur ke Pasar Legi, Solo. Kalau liburan mengoperasionalkan kereta bendi di Stadion Manahan, Solo. Malah, sering mendapat job orang punya hajat manten. Kereta kuda sering dipesan untuk kirab manten. Juga melayani penyewaan kereta dan kuda untuk kirab. Ini paling sering, kalau pemkot dan pemkab merayakan ulang tahun.

Mudjiyono sendiri, juga keturunan seorang kusir. Ayahnya, almarhum Bejo Andong. Nama ini lebih dikenal, karena menyewakan kuda dan kereta. Dari enam bersaudara yang menekuni profesi kusir hanya Mudjiyono dan Sigit. Di belakang rumah terdapat 21 ekor kuda ukuran besar maupun kuda kecil atau keledai. Dan, koleksi yang dimiliki spesial kuda penarik, bukan kuda balap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement